Minggu, 30 Oktober 2011

Kenal Maka Tak Harus Sayang

Sahabat-sahabat sekaligus pembaca sekalian, terimakasih bagi anda yang sudah mengunjungi blog saya sampai dengan post saya yang terakhir. Kalaupun baru sekali ini mengunjungi blog saya, saya pun juga berterimakasih atas kunjungannya. Dalam sebulan blog ini bisa mencapai lebih dari 1500 pageview. Saya tidak tahu apakah itu banyak, tapi saya sangat menghargai itu. Terimakasih untuk itu, walaupun saya tidak yakin tulisan saya baik adanya.

Banyak yang bilang kalau blog yang bagus itu penulisnya harus memperkenalkan jati dirinya. Saya juga mau blog saya dibilang bagus, karena itu saya ingin memperkenalkan diri. 

Sampai post saya yang ke 24 ini saya belum sekalipun memperkenalkan diri saya pada pembaca. Atau mungkin anda sudah kenal? Yah kalau sudah kenal, bisa menjadi tambah kenal setidaknya.

Nama lengkap saya adalah Edbert Gani Suryahudaya, dan saya adalah salah satu pemuda Indonesia. Jenis kelamin saya laki-laki, begitu juga dengan mental saya yang memang lelaki.

Saya anak ketiga dari empat bersaudara, dan mudah-mudahan tetap empat saja. 

Saya adalah lulusan SMA Kanisius Jakarta. Namun saya sekarang bukan lagi pelajar melainkan pekerja. Saya sekarang bekerja di salah satu perusahaan komunikasi di Jakarta.

Tulisan-tulisan yang saya buat adalah opini saya terhadap hal-hal yang terjadi di tengah kehidupan kita. Itu adalah buah-buah pikiran saya yang terkotak-kotak. Anda pun pasti memiliki penilaian anda sendiri.

Saya sangat senang bila ada yang mau berkomentar, mengkritik, atau memberikan usul tulisan bagi blog saya. Kita mungkin bisa berdiskusi tentang fenomena masyarakat kita.

Akhir kata, kita semua harus berani berpendapat. Berbeda pendapat tidak apa-apa, karena berbeda itu baik adanya. Jangan ingin sama dengan yang lain, karena kita ciptaan spesial dalam arti hidup masing-masing. Saya meminta maaf bila ada salah-salah kata ataupun ada kata yang menyinggung pembaca dalam tulisan-tulisan saya, karena bagaimanapun juga ini hanya opini saya. 

Salam kenal,


@edbertgani

Selasa, 25 Oktober 2011

Teriakan Pelajar Semu

"Ibu... mana bukuku?

Ayah... mana kelasku?

Panas, tempatku bukan disini!

Lihat usiaku! Lihat tubuhku!

Tercerminkah dewasanya untuk menanggung rejeki?

Otakku masih meminta tuk diperas,

Kakiku masih memaksa tuk berlarian,

Mataku masih berharap melihat dunia!

Tempatku bukan disini!

Kembalikan usiaku!

Bayarlah semua waktu indahku!

Gendong aku ke tempat kawanku berada!

Aku tak mau tertinggal disini,

Hei sahabat, tunggu aku....."



Pernahkah anda berpikir bahwa sekolah adalah hal biasa? Ya mungkin saja dan lumrah saja. Jika anda hidup di dalam lingkungan yang baik dan berkecukupan sekolah adalah hal biasa. Sudah menjadi jalannya untuk terus bersekolah sampai tingkat tertinggi. Meskipun anda seringkali melihat mereka yang putus sekolah ataupun tak pernah sama sekali mencicipi ruang kelas, anda masih saja menganggap sekolah itu biasa. 

Itu karena anda tidak bisa merasakannya langsung bagaimana sekolah itu adalah hal luarbiasa bagi mereka di luar sana. Dan ini juga bisa saja terjadi pada kerabat atau saudara kita sendiri. Mungkin jika orang terdekat, anda bisa sedikit memahami karena adanya simpati dari dalam diri. Dan teman anda bisa menjadi lain dimata anda karena berbeda dengan mayoritas lingkungan anda. 

Melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi membutuhkan banyak biaya, dan tidak sedikit mereka yang harus merelakan untuk mendapatkan pendidikan yang lanjut. Keterbatasan itu seringkali membuat mereka memupuskan cita-cita mereka yang telah mereka gantung tinggi-tinggi. Semua hanya tinggal angan-angan ataupun mimpi belaka. Dan mimpi itu akan hilang ataupun pudar seiring dengan waktu yang semakin memberikan jarak atas jalan yang seharusnya mereka tempuh.

Apa yang harus anda lakukan? Hargai apa yang anda dapat! Hargailah dengan menggunakan kesempatan belajar yang anda dapat sebaik mungkin. Capai yang terbaik. Jangan hanya ingin hal yang minimal. Jangan sampai keinginan mereka yang tidak berkesempatan untuk menjadi yang terbaik mengalahkan anda yang memang sudah diberikan kesempatan lebih. 

Tunjukanlah perbedaan dalam perilaku maupun pikiran anda. Orang lain bisa menilai apakah kita memang sudah menggunakan pendidikan yang didapat atau hanya memegang status pelajar saja. Syukuri bahwa anda  bisa terus melanjutkan pendidikan. Ingatlah bahwa hal yang anda anggap biasa dalam hidup anda, bisa menjadi yang sangat dinanti dan dimimpikan oleh orang lain. Jalan seseorang berbeda-beda, jalanilah jalan anda dengan terus optimis dan terus bersyukur atas apa yang anda dapat. Jangan cepat puas, karena di belakang anda begitu banyak orang yang ingin mengejar apa yang telah anda dapat. Saya juga dalam pengejaran saya sendiri, namun bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Senin, 24 Oktober 2011

Beruntung Karena Tidak Beruntung

"Kenapa saya sial sekali! Nasib yang buruk! Aku ingin seperti Mereka! Tuhan, Kau tidak adil!" Pernahkah anda mengucapkan salah satu dari umpatan itu? Entah melalui mulut anda, dalam hati anda, atau pun dalam bentuk tulisan. Kata-kata itu biasa kita keluarkan disaat kita melihat adanya ketidakadilan dalam hidup kita. Mereka bisa atau pun punya, tapi saya tidak. Ketidakberuntungan.

Disaat kita merasa sedang terpuruk kita seringkali membawa diri kita sendiri jatuh ke lubang yang lebih dalam. Kita membuat sendiri suasana kelam itu. Seolah-olah tak ada yang bisa membantu kita. Kita hanya merasakan keterpurukan. Kesedihan menyelimuti. Tak ada kemauan dari dalam diri kita untuk bangkit. Emosi, kepedihan telah merenggut semangat kita. Hanya sisi buruk yang kita lihat. Kesempatan yang tentu masih ada di depan tak terlihat lagi oleh kita.

Kenapa bisa demikian? Kita termakan oleh sisi kelam kita. Namun dalam segala masalah, disana ada harapan yang bisa kita ambil. Sering orang berkata bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Saya tak menyangkal bahwa kata-kata itu tidak salah. Dan itu memang benar adanya. Dalam ketidakberuntungan yang kita dapat pastilah ada suatu pelajaran yang bisa kita dapat. Dan pelajaran itulah yang merupakan keberuntungan yang kita dapatkan dengan cara yang berbeda.

Saat kita belajar sepeda kita sempat terjatuh. Saat jatuh kita tidak terus-menerus tersungkur melainkan berdiri lagi dan mulai menggenjot sepeda lagi. Meskipun jatuh berulang-ulang, kita terus mencoba sampai kita bisa mengendarai sepeda. Saat terjatuh kita akan merasakan sakit. Rasa sakit yang kita rasakan akan menjadi momok bagi kita. Kita tidak ingin kembali merasakan rasa sakit itu. Dengan begitu kita berlatih lagi agar tidak merasakan rasa sakit yang sama. Kenapa ini tidak kita tanamkan dalam kehidupan kita dewasa ini?

Seseorang yang pernah merasakan kegagalan sebenarnya mendapatkan pengalaman yang paling berbeda dengan rekannya yang berhasil. Anda harus berbahagia jika anda telah merasakan jatuh, terpuruk, atau gagal. Itu berarti anda telah memiliki modal untuk terus maju dan motivasi untuk tidak kembali lagi. Rasa takut merasakan hal yang sama tidaklah selalu buruk asal itu menjadi pemicu untuk bangkit dan maju. Berbeda dengan mereka yang selalu mulus hidupnya dan tidak mengenal apa itu gagal. Mereka hanya bisa membayangkan namun tidak ada kesiapan. Itulah letak keberuntungan yang tersimpan bagi mereka yang mengalami kegagalan.

Tetaplah bersyukur dengan ketidakberuntungan yang anda dapatkan. Itu adalah pengalaman hidup yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi anda juga bagi orang lain. Tapi janganlah jadikan kegagalan itu menjadi jalan hidup anda. Tetaplah pada tujuan awal anda. Banyak jalan yang bisa kita gunakan untuk meraih apa yang kita inginkan. Jika jalan yang satu rusak, masih ada jalan lain yang bisa kita ambil. Tak terhingga alternatif yang tersedia untuk kita mencapai cita-cita. Anda hanya mengambil jalan yang berbeda dengan yang lain. Bukankah menjadi berbeda adalah baik? Satu kegagalan hanyalah kerikil kecil dalam jalan yang panjang. 

Pengalaman akan kegagalan memiliki banyak sisi positif yang bisa kita ambil jika kita mau melihatnya. Ada kebaikan dalam setiap keburukan. Saya pun juga merasakan apa itu gagal. Namun ingat, gagal bukan berarti kita adalah orang gagal. Ada keluarga, pasangan, dan sahabat-sahabat yang pasti ada untuk mensuport kita apapun bentuknya. Hidup terlalu indah untuk diisi dengan keterpurukan. Saya bisa bangkit, dan anda juga pasti bisa. Tapi toh, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Rabu, 19 Oktober 2011

Lebih Dekat Dengan Operan

Ada banyak cara untuk bisa dekat ataupun mengenal seseorang. Bagi anda yang memang sulit dalam bergaul dengan orang lain mungkin bingung bagaimana cara untuk bisa lebih dekat dengan orang lain. Anda bisa saja belajar dari buku-buku tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, ataupun bertanya pada ahli bagaimana bisa dengan baik berkenalan dan lebih mendekatkan diri kepada orang lain. Namun ada cara lebih mudah dibanding harus belajar itu semua. Bermainlah sepakbola.

Ya, anda cukup bermain sepakbola dengan orang lain yang anda berkeinginan untuk lebih dekat. Kenapa harus bermain sepakbola? Apa hubungannya bermain sepakbola dengan mendekatkan hubungan? Jawabannya bisa anda temukan jika anda telah melakukannya. Sepakbola akan membuat kita melepaskan semua palang pembatas dalam hubungan kita dengan seseorang. Karena dalam permainan ini secara tidak sadar anda akan mudah berinteraksi dengan teman anda.

Jika sebelum anda bermain sepakbola dengan si A anda bersikap kikuk di depannya, anda tidak akan melakukannya saat bermain sepakbola dengannya. Dengan saling mengoper bola saat bermain, anda membangun sebuah tali komunikasi yang baik dengan teman anda. Saling berteriak minta dioper merupakan pintu untuk memudahkan anda berkomunikasi dengannya di kemudian. Mungkin sebelumnya di luar anda sulit atau segan untuk berkomunikasi dengan si A tadi, tapi setelah bermain bola bersama, saling sapa-menyapa menjadi hal yang lumrah diantara anda. Walau mungkin hanya saling menyapa, itu sudah sangat baik untuk lebih memperbaiki hubungan bukan?

Terkadang seseorang akan segan untuk berkomunikasi dengan orang yang baru saja dia kenal. Baik itu dalam lingkup sekolah, kantor, atau apa saja. Jika ada waktu untuk bermain sepakbola bersama, pakailah waktu itu dan manfaatkan. Anda hanya butuh sekali saja bermain untuk bisa lebih dekat dengan orang yang baru anda kenal. Lebih bagus lagi jika anda memang jago bermain bola. Anda bisa lebih mudah menarik orang untuk mau berkomunikasi dengan anda karena kehebatan anda bermain bola. Minimal kehebatan anda mengolah si kulit bundar bisa menjadi bahan obrolan yang baik.

Karena itulah baik sekali jika kantor-kantor ataupun komunitas-komunitas lainnya sering bermain bola bersama. Saat inipun banyak yang secara rutin mengadakan main futsal bersama sekali seminggu minimal. Kantorpun mengadakan hal semacam ini selain sebagai sarana berolahraga juga untuk lebih mendekatkan karyawan-karyawan serta membangun hubungan intrapersonal yang baik satu sama lain. Karena saat bermain bola sekat-sekat yang tadinya ada akan hilang, dan akan menunjang komunikasi yang baik dalam lingkup mereka serta berpengaruh dalam hubungan kerja juga.

Itulah sifat magis dalam sepakbola. Di Brazil orang-orang yang lewat bisa dengan dengan mudahnya ikut bermain sepakbola dengan anak-anak yang bermian di lapangan pinggir jalan. Mereka tidak perlu saling kenal untuk bisa bermain, karena sepakbola terkadang tidak memerlukan bahasa. Mungkin ada cara-cara lain selain bermian sepakbola untuk membangun komunikasi yang baik, sepakbola hanya salah satu diantaranya. Jadi, dibanding anda belajar dari buku tentang cara-cara berkomunikasi dan membangun hubungan intrapersonal yang baik dengan orang lain, lebih baik anda berlatih sepakbola. Tapi sulit kalau anda memang malas untuk berolahraga, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Selasa, 18 Oktober 2011

Beli Dimana Rasa Percaya ?

Ingatkah anda saat anda masih kecil dulu,ketika anda dimarahi ibu atau ayah anda ketika anda berbohong? Atau saat anda dimarahi orangtua  anda ketika anda pulang lebih malam dibanding waktu yang diberikan oleh mereka? Ya itu mungkin adalah saat-saat dimana kedua orangtua kita mengajari kita tentang apa itu arti kepercayaan.

Kepercayaan adalah salah satu hal yang sangat mahal harganya di dunia anda. Kepercayaan sangat dicari oleh orang-orang di luar sana karena kepentingannya yang tinggi. Namun untuk meraih kepercayaan sangatlah sulit. Dari siapapun itu kita mencari kepercayaan itu datang. Entah itu orangtua, guru, atasan, masyarakat, pacar, dan lain-lain. Yang sangat riskan adalah, kepercayaan begitu sulit untuk didapatkan dan begitu mudah untuk dibuang. 

Seorang pegawai yang baik akan berusaha sebaik mungkin dalam bekerja dan meminimalisir kesalahan agar bisa mendapatkan kepercayaan lebih dari atasannya. Dengan kepercayaan yang didapat ia berharap bisa mendapatkan timbal balik nantinya. Seorang pacar akan berusaha berlaku baik di depan orangtua pasangannya agar bisa mendapat pandangan baik serta kepercayaan untuk menjadi pacar anaknya. Itu sulit bukan? Juga Seorang pemimpin seperti presiden akan memakai berbagai macam cara untuk bisa menarik hati rakyatnya kemudian bisa memperoleh kepercayaan kemudian. 

Namun dalam kenyataannya seberat apapun anda memperoleh kepercayaan, tapi jika kepercayaan itu anda kecewakan, maka orang yang tadinya memberikan kepercayaan itu akan tidak lagi respek dengan anda. Meskipun anda hanya sekali saja mengecewakannya, itu sudah bisa mengakibatkan hilangnya kepercayaan. Ya timpang sebelah. Tetapi itulah yang ada dalam hubungan kita. Contohnya seorang pacar yang selingkuh meskipun hanya sekali maka kemungkinan besar akan sulit lagi bisa mendapat kepercayaan dari pacarnya. Meskipun sudah biasa lagi, tapi pasti akan ada kesiagaan dan was-was dikarenakan rasa percaya yang telah hilang kepada pacarnya. Dalam lingkup pekerjaan lebih berat lagi. Tidak menerima kesalahan-kesalahan banyak secara tidak langsung terlihat dalam dunia pekerjaan. Juga dalam panggung politik ataupun orang-orang selebriti masyarakat. Sekali mereka melakukan kesalahan, mereka bisa dengan cepat akan ditinggalkan.

Karena itu kesalahan kecil yang kita buat bisa saja harus kita bayar dengan mahal. Itulah kepercayaan, sulit untuk dipertahankan. Banyak cara yang dilakukan orang untuk bisa mendapatkan ataupun mempertahankan rasa percaya itu. Kita semua mau tidak mau membutuhkan kepercayaan dari orang lain. Karena ini berhubungan dengan pandangan orang serta penilaian orang kepada kita. Karena itulah jaga kepercayaan yang telah diberikan orang pada anda. Sudahkah anda dipercaya oleh orang terdekat anda? Yah bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Senin, 10 Oktober 2011

Nenek di Jembatan Karet

Saya mendapatkan pengalaman menarik hari Sabtu kemarin. Seperti anak muda lainnya kebanyakan, malam minggu saya akan saya habiskan dengan jalan-jalan bersantai. Saya telah berjanji bertemu dengan teman wanita saya siang hari sekitar pukul dua siang. Yah dan seperti kebanyakan lelaki, saya pun juga menjemput teman wanita saya itu di kampusnya. Saya adalah salah satu warga yang lebih memilih untuk tidak menambah jumlah kendaraan di jalan raya, sehingga saya memilih naik angkot. Tapi ini bukan karena saya pelit loh. Tapi kalau mau dibilang kere juga tidak apa-apa juga sih.

Saya naik angkot mikrolet jurusan roxy-karet. Kampus teman wanita saya adalah di daerah karet. Tapi sepertinya anda juga tidak peduli mau dimana kampus teman wanita saya. Saya pun naik angkot nomor 03 tersebut, saat saya naik angkot tersebut masih kosong. Jalan sebentar, angkot berhenti di daerah Jembatan Gantung untuk menaikan penumpang yang menyetop. Naiklah kemudian dua ibu-ibu atau lebih tepat dipanggil dengan sebutan nenek-nenek ke dalam angkot yang saya naiki tersebut.

Sesaat sebelum naik, salah satu nenek tadi bertanya kepada supir angkot terlebih dahulu, "Karet ya Pak?". "Ya bu Karet," jawab si supir. Kedua nenek tersebut tampak lusuh dengan kerudung serta sarung yang mereka kenakan. Hanya sebuah kantong plastik lecek yang saya tak tahu isinya apa yang menjadi perbekalan mereka. Yang saya pikirkan hanya merasa kasihan kepada kedua nenek tersebut. Bagaimanapun juga kita pasti akan merasa simpati walaupun sedikit jika melihat nenek-nenek lusuh seperti itu, walau kadang kita berusaha menutup-nutupinya atau berusaha memalingkan pandangan. 

Saya turun lebih dahulu dari angkot dibanding kedua nenek itu. Saya pun menjemput teman wanita saya dari kampusnya. Dia tampak senang saat saya jemput, terlihat di wajahnya, walau mungkin tetap berangan-angan akan dijemput dengan mobil suatu saat. Maaf malah curhat. Saya dan teman wanita saya pun naik angkot 03 lagi menuju karet karena akan lanjut naik busway untuk pergi ke tempat berikutnya. Kemana saya pergi? Maaf itu rahasia penulis.

Kami pun sampai dan mulai menaiki jembatan busway. Saat kami sampai di tikungan jembatan, tampak seorang nenek-nenek sedang duduk. Ia pastilah sedang melakukan 'minta-minta'. Namun yang membuat saya sedikit terkejut adalah nenek yang duduk itu adalah nenek yang tadi naik angkot dengan saya tadi. Saya heran melihat nenek itu meminta-minta di jembatan itu, karena saya mengira ia ingin pergi ke suatu tempat di karet. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa ia ingin ke karet karena ingin meminta-minta. 

Saya langsung berpikir bahwa kegiatan maminta-minta yang dilakukan nenek tadi juga yang dilakukan pengemis lainnya adalah suatu profesi. Ya, mengemis sudah menjadi suatu profesi atau pekerjaan yang dilakukan oleh beberapa orang tidak mampu. Dari saya kecil saya sering mengira bahwa para pengemis yang duduk di jembatan, pinggir jalan, ataupun lampu merah adalah orang-orang miskin yang terus berjalan secara acak tanpa ada tujuan. Dimana kaki mereka membawa mereka, disitulah mereka akan menjadi pengemis. Mereka akan terus berjalan ke tempat yang baru. Ternyata anggapan saya selama ini keliru.

Nenek tadi pergi ke daerah karet dengan unsur kesengajaan. Ia memang berniat untuk mengemis di jembatan karet. Bukan tanpa sengaja ia berada di karet untuk mengemis. Mengemis adalah pekerjaan nenek tersebut, dan jembatan karet itulah tempat ia bekerja. Saya tidak tahu apakah setiap hari ia memang mengemis disana atau tidak. Atau mungkin ada yang bertugas sebagai penggerak nenek tersebut untuk mengemis di sana. Mungkin saja banyak pengemis di luar sana yang memang sama seperti nenek tadi. Atau bahkan semua pengemis.

Jumlah pengemis di ibukota ini sangatlah banyak. Mereka yang telah terbiasa sehari-hari mencari logam-logam rupiah dan secara tidak langsung menjadikan itu sebagai profesi mereka. Apa yang akan dilakukan pemda jika banyak pengangguran di luar sana dengan tingkat kemiskinan yang sangat rendah melakukan tindakan seperti nenek tadi? Sampai saat ini tak ada tindakan yang terlihat. Tak ada upaya untuk menggulangi atau menampung orang-orang miskin seperti nenek tadi. Menurut pendapat saya, orang-orang seperti nenek tadi lebih baik di tampung ke dalam suatu panti dibanding harus mengemis di jembatan seperti itu. Dengan ditampung mereka akan lebih terjamin kehidupannya terutama hal yang pokok seperti makanan tempat tinggal atau pakaian. Pengemis seperti itu haruslah dikurangi. Banyaknya profesi pengemis juga menjadi cermin tingkat perbedaan kelas sosial yang begitu tinggi di ibukota ini. Tidakkah anda miris jika melihat Gedung megah di samping-samping jembatan karet namun berpapasan dengan seorang nenek yang mengemis? Seperti inikah pembangunan yang kita inginkan? Tapi bagaimanapun juga ini hanya opini saya. 

Kamis, 06 Oktober 2011

Puasnya Jadi Senior

Saat di bangku sekolah banyak dari kita yang menantikan menjadi murid kelas atas. Waktu SD kita ingin menjadi anak kelas 6. Di SMP kita ingin cepat-cepat menjadi kelas 9. Dan waktu masuk SMA kita begitu ingin dan menunggu-nunggu untuk naik menjadi siswa kelas 12. Apa yang menjadi alasan? Bukankah kelas-kelas atas itu malah memiliki tanggungjawab yang lebih besar dibanding kelas di bawah? Apa yang menjadi faktor menyenangkan menjadi seseorang yang ada di kelas yang lebih tinggi? Jawabannya adalah kepuasan menjadi seorang senior.

Saat baru masuk atau masih kelas bawah kita seperti orang baru dalam rimba yang baru. Kita memasuki area yang tidak kita kenal dengan baik. Dan yang telah lebih lama dibanding kita tentunya lebih mengenal, merekalah senior. Seorang senior tentu tahu lebih banyak dibanding juniornya. Dan rasa lebih tahu itulah yang biasanya menjadi kepuasan tersendiri bagi kita. Bukankah begitu? Saat sudah menjadi senior kita tidak lagi menjadi pihak yang bertanya, melainkan pihak yang ditanya. Terkadang para junior akan memanggil kita dengan sebutan 'Kak'. Panggilan seperti itu sebagai penanda adanya kelas yang tak terlihat.

Kalau dalam lingkungan sekolah begitu terlihat dominasi dari seorang senior. Apalagi ditambah dengan negara kita yang memiliki acara MOS atau ospek yang dilakukan sampai tingkat universitas. Acara yang kadang disebut perkenalan itu menjadi suatu momok pola pikir untuk pemisah antara junior dan senior. Yang senior yang dihormati. Seorang kakak kelas akan mengajari adik-adik kelasnya tata cara atau pun lingkungan sekolah. Pengetahuan yang lebih banyak di lingkungan tersebut menjadi alat untuk bertindak sebagai senior. Dan tak jarang dijadikan untuk mengintimidasi juniornya.

Senior-junior berlangsung sampai jenjang kerja. Karyawan yang telah lama akan dipanggil senior dan yang baru akan disebut anak baru atau pun junior. Di lingkungan kerja memang tak ada kelas-kelas seperti di sekolah yang menjadi penunjuk perbedaan tingkatan. Dalam lingkungan kerja, meskipun berada dalam level yang sama, intimidasi senior tetap saja ada. Kadang kala seorang senior tak segan-segan memarahi juniornya kalau ada kekeliruan meskipun ia tak lebih tinggi pangkatnya dibanding juniornya. Namun rasa lebih lama bekerja menjadi pegangan senior. Perilaku memarahi itu sebenarnya boleh-boleh saja, tapi apakah harus sampai demikian kalau dengan orang baru? Para junior tentu akan melakukan kesalahan-kesalahan awal dalam bekerja karena mereka belum begitu mengerti bagaimana cara atau pun prosedurnya. Namun para senior kadang kala tetap saja memarahi mereka, mungkin juga menjadi kepuasan tersendiri untuk memarahi junior seperti itu. Maka itu banyak orang mungkin bilang 'Kalo kerja dimarahi itu mah biasa'. 

Itulah perilaku masyarakat kita di Indonesia. Posisi senior dan junior begitu terlihat dan diakui. Anak baru dan anak lama, tren ini akan berlangsung terus. Menurut saya seorang senior bukanlah bertugas untuk memarahi juniornya kalau ada kesalahan. Melainkan membimbing anak baru tersebut agar dengan cepat mengetahui tata cara atau pun sistem di tempat barunya. Kalau yang memarahi manager atau pangkat yang lebih tinggi itu lumrah-lumrah saja bukan? Menjadi seorang senior merupakan tanggungjawab untuk membimbing adik-adiknya. Kurangilah intimidasi kepada anak baru, ini untuk memberi kenyamanan pada mereka untuk melakukan aktivitasnya. Bimbinglah mereka dengan cara yang lebih halus. Itupun kalau anda mau, karena bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Selasa, 04 Oktober 2011

Tak Semua Ingin Kaya

Anda ingin kaya? Anda ingin punya banyak uang? Saya rasa anda akan mengatakan ingin. Tapi apakah semua orang akan berkata yang sama? Bisa jadi, namun hanya dalam ucapan saja. Tidak semua orang ingin menjadi kaya dalam hidupnya. Kaya dengan kesuksesan dibarengi kemakmuran dalam hidup tidak selalu menjadi target hidup seseorang dalam masyarakat kita ini. Apa betul seperti itu?

Seseorang yang memiliki keinginan untuk menjadi kaya atau pun makmur akan terus berusaha apapun caranya untuk mendapatkan uang berlimpah untuk hidupnya. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan cepat puas dengan apa yang telah mereka dapat. Walau kadang bagi orang lain pendapatan yang diterima sudah sangat cukup, namun orang-orang ini akan terus dan terus mencari uang lebih dari yang sudah mereka dapat. Orang semacam ini memiliki sifat kerja keras yang baik. Tidak perlu melihat hasil yang didapat, tetapi bisa dilihat dari usaha mereka. Jika saat ini yang didapat belum seberapa, niscaya orang-orang semacam ini akan menjadi lebih makmur hidupnya di kemudian hari. Apakah rasa tidak cepat puas itu buruk? Menurut saya banyak sisi positif yang bisa kita ambil dari sifat semacam ini. Salah satunya dengan sifat ini kita akan terdorong dengan sendirinya terus mencari uang untuk menaikkan taraf hidup. Anda bisa banyangkan jika semua masyarakat kita memiliki sifat semacam ini. Taraf hidup negara kita mungkin akan naik karena kerja keras masyarakat yang tidak cepat puas dalam mencari uang. Tetapi jika tidak dikontrol dengan baik juga bisa terjerumus ke tindakan menyimpang dengan memakai cara-cara kotor untuk meraih uang sebanyak-banyaknya. 

Ada orang yang tidak mementingkan kekayaan. Namun orang seperti ini kalau ditanya ingin kaya pasti juga akan mengucapkan ingin. Tapi tidak dalam perbuatannya. Orang semacam ini akan cepat puas dengan pekerjaan yang telah ia dapatkan. Meskipun hanya satu dan hanya pekerjaan yang ringan dengan gaji kecil, mereka akan tetap puas. Selama mereka mendapat uang dan cukup untuk mereka sehari-hari maka mereka tidak akan berusaha untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dari antara mereka memang ada yang memiliki rasa malas, namun juga ada yang memang tidak mengejar harta melimpah. Untuk alasan yang kedua ini tergantung pada orangnya. Kalau untuk alasan yang pertama mungkin lebih banyak di dalam masyarakat. Rasa malas untuk bekerja menjadi penyebabnya. "Gue mah seneng kalo gajiannya doang, kerjanya mah kagak dah" mungkin kata-kata itu akan sering anda dengar dari orang semacam itu. Semua pekerjaan dikatakan tidak enak, bagi saya itu hanya persepsi kita saja. Semua pekerjaan tentu akan enak jika dilakukan dengan enjoy dan tanpa beban, apapun itu. Kalau hanya ingin digaji tak usahlah bekerja. 

Ada juga tipe orang yang memang pasrah pada hidupnya. Orang semacam ini biasanya berpandangan bahwa apa yang dialaminya atau pun kondisi hidupnya adalah takdir. Yang semacam inilah yang paling berbahaya karena mereka tidak ada dorongan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kalau menganggur yasudah menganggur. Mungkin kalau ditanya mereka akan menjawab tidak ada kesempatan. Tapi ketahuilah diluar sana begitu banyak kesempatan kerja menanti anda. Begitu banyak peluang untuk anda bisa mencari uang. Tinggal ketekunan anda serta keniatan anda untuk mencarinya. Dari gaji yang rendah sampai tinggi menunggu anda. Jadi hidup bukanlah masalah takdir atau nasib. Kitalah yang membuat jalan hidup kita.

Untuk jaman yang semakin maju ini, kebutuhan hidup akan semakin banyak. Teknologi semakin canggih yang berdampak pada konsumerisme yang ikut-ikutan naik. Kita yang hidup dalam masyarakat dengan tingkat konsumerisme yang sangat tinggi mau tak mau akan ikut oleh arus, Yang harus kita lakukan adalah jangan menjadi orang yang minimalis dalam mencari uang. Jadilah orang yang terus berusaha meraih kesuksesan. Teruslah bekerja keras jika memang anda ingin taraf hidup anda naik dan terus naik yang dibarengi dengan kehidupan yang semakin maju pula. Bagaimana dengan pendapat anda? Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Senin, 03 Oktober 2011

Mari Berbicara Tentang Bicara

Berani berbicara merupakan hal penting dalam keseharian kita juga untuk dunia kerja. Pendidikan untuk berani berbicara haruslah ditanamkan pada diri anak-anak sejak dini. Karena dengan berani berbicara kita bisa menyampaikan pendapat maupun pertanyaan. Tapi tak semua orang berani berbicara.

Ada tipe seseorang yang tidak berani berbicara pada orang lain terlebih lagi atasan. Jika berbicara dengan atasan ia akan lebih memilih untuk mengiyakan saja dan setuju-setuju saja. Ia baru menyesalinya jika pembicaraan sudah selesai karena ia takut untuk berbicara. Ini berbahaya karena akan mengundang resiko pada orang itu.

Adalah tipe orang yang berani berbicara yang akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain termasuk atasannya. Orang tipe ini juga tak jarang akan dijadikan tameng oleh orang tipe pertama jika akan menyampaikan sesuatu. Dan tak jarang orang tipe pertama akan menyalahkan tipe kedua jika ada ketidakpuasan pada diri tipe pertama, padahal itu karena ia tak berani berbicara.

Orang tipe pertama cenderung hanya berani berbicara pada zona aman saja ataupun orang dekat saja. Tak sedikit juga orang yang seimbang antara kedua tipe itu. Biasanya yang seimbang ini hanya akan berbicara untuk hal yang aman-aman saja.

Pemuda kita harus lebih berani berbicara. Namun terlalu banyak bicara juga tidak baik, omong doang juga berbahaya. Dengan berani berbicara anda memiliki nilai plus tersendiri. Keluarlah dari zona aman dan beranilah untuk mengungkapkan sesuatu. Tapi tak perlu percaya, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.