Rabu, 30 November 2011

Seksualitas Merah Putih

Bertepatan dengan hari pertama di bulan Desember ini, kita memperingati hari AIDS sedunia. Banyak dari antara kita menyatakan dukungan anti AIDS di hari ini melalui tulisan-tulisan di twitter atau facebook. Ataupun banyak juga yang memakai pita merah serta memasang logo anti HIV/AIDS. Posting saya kali ini tidak akan membahas mengenai seluk beluk penyakitnya karena saya bukan ahlinya, namun ingin melihat bagaimana  seksualitas di negara kita.

Apakah anda pernah mendapatkan sex education? Jika pernah, kapan anda mendapatkannya? Saat SMP? SMA? Universitas? Atau di luar itu? Beruntunglah anda jika anda pernah mendapatkannya. Karena di luar sana banyak saudara-saudara kita yang tidak berkesempatan mendapat ilmu tentang hal itu dengan benar. Kenapa dengan benar? Karena begitu banyak pencarian ilmu tentang hal itu yang salah.

"Ngapain ngajarin anak tentang seks? Toh nanti mereka akan belajar dan mengerti sendiri!" Ungkapan seperti ini tidak sedikit dikeluarkan oleh para orangtua. Saya pribadi miris jika mendengarnya. Ini bukan masalah mengerti dengan sendirinya, tapi masalah mengerti akan yang mana yang benar dan mana yang tidak benar. Banyak orang menganggap hal yang berkaitan dengan seks itu tabu, padahal menurut saya tidak sama sekali.

Kenapa seks itu harus dikaitkan dengan hal yang tabu? Bagi saya seks adalah hal yang manusiawi. Bisa dikatakan seks adalah naluri manusiawi kita sebagai makhluk hidup. Semua orang merasakannya. Masalahnya disini adalah apakah kita cukup dewasa untuk mengerti dan memahaminya. Dan disitulah letak edukasi diperlukan. Jangan sampai kita tak ada bedanya dengan seksualitas binatang.

Sangat disayangi banyak anak-anak di masyarakat kita harus mengenal hal-hal yang berkaitan dengan seks dari segi yang kasarnya. Saya cukup prihatin dengan hal itu. Pendidikan yang rendah semakin membuat mereka tidak bisa berpikir yang lebih baik. Tidak ada pendewasaan dalam hal ini.  Semakin dini diajarkan, maka pendewasaan masyarakat akan semakin cepat bisa terjadi.

Salah satu hal yang saya maksud hal yang kasar di atas adalah mengenai umpatan. Ya, manusia sangat suka mengeluarkan umpatan dengan memakai aktivitas seks yang anda sudah tahu disebut seperti apa. Anak-anak justru mengenal hal-hal demikian dari orang dewasa yang secara tidak langsung mencontohkan. Jujur saja, saya lebih tersinggung diumpat dengan kata-kata binatang dibanding dengan kata aktivitas seks itu. Kalau binatang berarti saya diumpamakan sebagai binatang tersebut, tapi kalau yang aktivitas seks itu? Saya tidak tahu di sisi mananya yang berbau menghina saya. Karena itu saya sampai sekarang tidak nyaman menggunakan aktivitas seks itu sebagai umpatan dan lebih menyukai binatang.

Internet tidak perlu disangkal sangat membantu untuk mendapatkan hal-hal seperti ini di jaman kita sekarang. berbeda dengan mereka dari generasi yang lebih tua, mereka lebih kesulitan mendapatkan hal-hal tentang ini, khususnya pornografi. pemerintah ingin menghapus situs-situs semacam itu? Tidak mungkin.

Seorang anak yang tidak pernah mendapatkan edukasi seks sangat mudah termakan pikirannya untuk hal ini. Pikiran polos mereka bertemu video pornografi, apakah seperti itu cara mereka untuk mengetahui tentang seks? Saya rasa tidak. Kita sudah tidak bisa menghalau hal-hal berbau pornografi. Yang bisa kita lakukan adalah mendewasakan diri agar tidak terjerumus terhadap hal yang salah. Tanpa perlu munafik, saya juga pernah membuka situs semacam ini.

Yang mau saya katakan adalah berikanlah adik-adik kita tameng terhadap hal-hal semacam ini dengan informasi dan pembelajaran dini tentang seks sebelum mereka bertemu dengan hal-hal pornografi. Tameng untuk apa? Agar saat mereka menemui hal-hal semacam ini pikiran mereka tidak langsung termakan dan bisa lebih dewasa bersikap.

Di luar sana tidak sedikit pula pernikahan dijadikan hanya semacam cara untuk bisa memuaskan kebutuhan seks. Memang betul salah satu tujuan pernikahan adalah membuat keturunan, namun apakah sesempit itu? 'Gak perlulah pacaran-pacaran, langsung kawin aja!' Ungkapan seperti ini begitu banyak di luar sana. Karena itu pula mungkin nikah-cerai dengan mudahnya dilakukan. Pernikahan tidak didasarkan pada rasa cinta, namun hasrat seks. 

Kadang saya merasa negara ini sungguh munafik terhadap hal seksualitas. Di luar sana begitu banyak PSK yang siap bekerja di setiap malam. Kalau merasa hal semacam itu dikatakan tabu untuk budaya kita yang dikatakan sebagai orang Timur ini, kenapa tidak ada kemauan untuk diberantas? Beberapa negara tetangga sudah membuat wanita penghibur sebagai sebuah profesi yang diakui atau bisa dibilang dihalalkan. Itu karena mereka sadar akan kabutuhan itu di masyarakat mereka. Kalau di negara kita, hal semacam itu kita tahu ada tapi dicoba ditutup-tutupi.

Kenapa pula film-film berbau pornoaksi dibiarkan saja beredar di Indonesia? Kalau mau mengharamkan hal semacam itu jangan tanggung-tanggung, nantinya malah menunjukan kemunafikan kita sendiri. Bagaimana generasi setelah ini bisa berkembang jika yang tua saja tidak bisa memberikan edukasi yang baik bagi mereka. 

Orangtua memegang peranan penting untuk mengontrol anak mereka. Jangan biarkan anak-anak mencari informasi sendiri yang cenderung ke arah yang salah. Sebagai orang terdekat, seharusnya keluarga menjadi tempat pembelajaran yang baik agar tidak terpengaruh efek negatif di luar sana.

Saya merasa beruntung mendapat edukasi seks saat SMP. Dan saya merasa semakin dini diberikan edukasi maka semakin cepat kedewasaan itu tercipta. Tindakan asusila bisa menjadi akibat dari pendidikan seks yang kurang dini. Rasa ingin tahu disalurkan dengan tindakan yang salah.

Berbicara tentang seks akan selalu mengundang kontroversi dan perdebatan. Selalu ada yang menganggap itu benar dan di kelompok lain menganggap itu salah. Namun yang saya tahu pasti, seks adalah karunia dari Tuhan bagi kita makhluk ciptaannya. 

Pesan terakhir saya, jauhilah narkoba dekatilah kondom. Perangilah virusnya, namun suportlah penderitanya. Yang kita perangi adalah AIDS, bukan penderita AIDS. Saya yakin ada diantara anda yang berpendapat berbeda dengan tulisan saya. Tak apa, karena bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Minggu, 27 November 2011

Mata dan Telinga yang Terpuaskan

Jarak, sesuatu yang terkadang menjadi sesuatu yang dibenci oleh banyak orang. Jarak juga begitu erat dengan masalah waktu. Dua dimensi itu sering dikatakan pemisah antara satu sama lain dan menjadi sebuah tembok pemisah antara kehidupan. Semua itu dirasakan adalah saat kita jauh dengan orang-orang yang kita sayangi. Entah itu keluarga, kekasih, atau pun sahabat.

Mana yang paling membuat anda puas, mendengar? Melihat? Atau keduanya dengan orang yang anda sayangi? Saat ini perkembangan internet sangat membantu kita semua para penggunanya untuk masalah tersebut. Skype merupakan salah satu contoh. Ada cerita yang ingin saya bagikan.

Keluarga besar saya dari ibu setengahnya tinggal di Australia. Jarak tersebut sungguh sangat terasa bagi saya dan keluarga saya. Opa dan Oma saya tinggal di Australia juga. Saya juga bukan berasal dari keluarga yang kaya raya atau berlebihan yang bisa dengan mudah pergi keluar negeri dan menengok mereka. Bertahun-tahun kami tidak bertemu sampai akhirnya waktu benar-benar memisahkan.

Adalah Opa saya meninggal dunia saat saya di kelas tiga menjelang ujian akhir. Saya mendengar kabar itu saat bangun pagi dan di hari pertama saya ujian praktek. Tentu air mata langsung membasahi mata yang sebenarnya juga belum terbuka dengan baik. Kakak perempuan saya langsung membuka internet sambil teriakan dari ibu saya, "Cepet! Cepet buka internet! Skype! Skype!" Teriakan itu dibarengi tangisan yang tak tertahankan lagi. Saya masih sangat ingat suasana pagi itu. 

Skype dibuka dan langsung terlihat oleh kami muka Oma saya yang sudah sangat sepuh tampak pada layar. Paman saya yang tinggal bersama mereka yang biasa menyetelkan internet untuk Oma saya. Kami semua terutama ibu saya sangat sedih hanya bisa melihat tubuh Opa kami tercinta dari layar komputer kami. Dari webcam yang diarahkan pada jenasah beliau kami bisa melihat tubuhnya yang tak bernyawa lagi. Juga tampak wajah pasrah dan sedih mendalam dari Oma saya yang hanya bisa duduk menghadap layar komputer disana.

Kami memang tidak bisa semua kesana. Hanya ibu saya yang pergi kesana saat itu. Namun teknologi itu telah membantu kami melihat jenasah terakhir dari Opa kami. Kalau tak ada skype kami hanya bisa menangis tanpa bisa melihat kondisi terakhir disana. Mendengar dan melihat mereka dari layar entah kenapa begitu memuaskan hati. Dibanding hanya bisa mendengar berita menyakitkan itu.

Yang ingin saya katakan adalah begitu pentingnya mendengar atau pun melihat seseorang yang kita sayangi. Terlebih bertemu. Rasa kangen mendalam terkadang membuat kita begitu ingin meski sebentar mendengar atau melihat wajah orang yang kita sayangi. Orang-orang yang berhubungan cinta jarak jauh juga seperti itu. Menelpon melalui handphone atau pun skype saat ini begitu berarti untuk mereka. Ya haruslah kita berterimakasih akan kemajuan teknologi ini.

Sampai saat ini skype sangat keluarga saya gunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga kami disana. Itu sangat membantu rasa kangen ini yang terpisah lautan. Dulu kami sering bertukar surat, namun sekarang bisa langsung bertemu muka lewat layar komputer. Kenapa masih ada saja orang yang apatis terhadap perkembangan internet?

Tak ada sesuatu yang tidak memiliki sisi negatif. Namun terkadang negatif itu adalah karena kita sendiri yang menyalahgunakan. Namun tak perlu kita ingkari itu sangat membantu kita sekarang ini.

Jarak dan waktu menjadi semu saat ini. Hanya fisik kita yang tak bisa bersentuh, namun pendengaran, penglihatan, dan perasaan kita menjadi dekat. Pengalaman keluarga saya hanyalah salah satu dari begitu banyak cerita lainnya tentang pertolongan dari internet. Kalau cerita anda seperti apa? Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.


Kamis, 24 November 2011

Calo Pahlawanku

Di posting kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya menonton pertandingan final Sea Games hari Senin kemarin. Final yang saya tonton adalah final untuk cabang sepakbola. Ya, saya ingin menyaksikan secara langsung permainan Egi dan kawan-kawan di Gelora Bung Karno. 

Saya mengajak salah satu teman saya yang bernama Daniel untuk bersama-sama menonton secara langsung. Kami memesan tiket dari teman kami agar lebih mudah dalam pembeliannya. Teman yang kami titipkan itu ternyata menitipkan lagi tiket itu kepada seseorang yang tidak saya kenal. Kami memesan tiket ke teman kami itu pada hari Minggu. Karena sudah memesan maka kami dengan tenang bersiap untuk menonton pertandingan final esok harinya.

Pertandingan itu dilangsungkan hari biasa dan tentu saja hari kerja. Saya sebagai pekerja yang tidak baik tidak mungkin bolos kerja. Dan sayapun adalah suporter yang baik sehingga tidak mungkin bolos nonton pertandingan Indonesia. Dengan perkiraan hiruk pikuk di dalam stadion juga kemacetan di jalan raya sekitar senayan maka saya keluar dari kantor lebih cepat dari biasanya. Bisa dikatakan sedikit berbau kabur. Tentu saja hal ini jangan dicontoh. Dicontoh boleh saja, asal jangan lapor ke atasan saya. Saya serius.

Saat saya sudah berhasil kabur dari kantor, berita buruk datang. Ternyata teman yang dimintai tolong oleh kami tidak berhasil mendapatkan tiket untuk kami. Tapi yang membuat kesal adalah dia tidak membertahu saya lebih dahulu dan harus saya yang menanyakannya kepadanya. Dan yang lebih membuat kesal adalah dia ternyata mendapatkan tiket. Harap perilaku teman saya ini jangan anda tiru karena tidak bertanggungjawab. Yang ini sungguh jangan dicontoh.

Saya dan teman saya sempat putus asa tidak bisa menonton pertandingan. Namun kami berubah pikiran dan nekat pergi ke GBK. Kami ternyata masih punya harapan untuk bisa menonton pertandingan itu, calo. Ya, calo adalah tempat kami menggantungkan harapan untuk bisa melihat Okto bermain di lapangan itu. Dengan semangat yang tiba-tiba timbul kami berlari ke arah Senayan setelah sebelumnya kami berkumpul di Semanggi. Berlari? Ya, kami sungguh berlari ke arah Senayan. Dikarenakan waktu yang tinggal sebentar dan kami ketakutan tidak dapat tiket dan terlambat menyaksikan pertandingan.

Sesampainya di GBK saya dan teman saya itu langsung meneliti sekitar kami. Kami mencari calo. Saya menyuruh teman saya untuk memasanag muka orang yang mencari tiket. Kami mendeskripsikan jenis muka itu sesuai persepsi kami masing-masing.

Kami berjalan dan tidak kami temukan sama sekali tanda-tanda adanya calo yang ingin menawarkan tiket. Jika biasanya mereka banyak tapi dihindari, sekarang saat dicari mereka tidak muncul sama sekali. Waktu mulai pertandingan sudah semakin dekat, dan kami belum juga bertemu si calo. Tiba-tiba saat kami sedang dalam keadaan putus asa di depan kami ada seorang bapak-bapak yang memegang telpon genggam berbicara seperti ini, "Kategori satu." Dia berbicara tanpa menengok kepada kami tapi kami tahu bahwa dia sedang berbicara kepada kami.

Saya langsung mengiyakan tawaran orang itu, dan kamipun akhirnya mendapatkan tiket kami. Ya harganya memang membuat kesal dan emosi. Lebih dari dua kali lipat harga asli! Saya dan teman saya sudah malas untuk menawar. Kami diajak ke pinggir untuk melakukan transaksi. Bapak itu cepat-cepat dengan alasan  takut ketahuan petugas. Setelah mendapatkan tiket itu kami langsung menuju gerbang masuk stadion.

Saat mengantre saya mencoba-coba melihat tiket orang lain yang dipegang masing-masing oleh orang yang ingin masuk. Ternyata ada perbedaan dengan tiket yang kami dapat dari calo itu. Tiket orang-orang memiliki dua sisi yang bisa dirobek, sedangkan kami hanya satu bagian. Saya panik, teman saya juga. Kami mulai menyimpulkan bahwa kami ditipu dengan tiket palsu. Kami keluar dari barisan dan mulai kebingungan. Teman saya menjadi putus asa dan mengajak saya untuk keluar dan menonton dari layar kaca saja. Tapi saya tidak mau. Saya merasa perjuangan untuk menonton Indonesia ini sudah kepalang tanggung. Akhirnya saya mendorong teman saya untuk nekat masuk barisan dan sukur-sukur kami bisa masuk stadion.

Antrian di gerbang sangat kacau balau. Semua orang berdesak-desakan. Pintu masuk hanya dibuka sangat kecil oleh petugas dan sering kali ditutup sementara. Saya tidak tahu alasannya kenapa. Yang pasti karena itu kami semua tersiksa dengan desak-desakan. Tak sedikit diantara kami adalah wanita, juga anak-anak. Bahkan di sebelah saya ada anak kecil yang wajahnya sudah mulai pucat karena tergencet. Saya menyuruh laki-laki yang bersamanya agar anak itu digendong saja, kasihan dia.

Emosi para suporter yang mengantre sangat meluap-luap karena gerbang yang tak kunjung dibuka. Mereka berteriak-teriak sambil mengangkat tangan mereka yang menggenggam tiket, "Woi! Buka pintunya!! KAmi punya tiket!! Woi buka!!" Teriakan-teriakan itu berlangsung bersamaan dengan dorong-dorongan selama hampir 30 menit lebih. Saya meras itu adalah suatu perjuangan para suporter yang begitu ingin menonton Indonesia.

Perlahan kami satu-persatu mulai masuk. Saya dan teman saya akhirnya masuk stadion. Kami berlari menuju tempat duduk. Rasa puas di dada saat akhirnya berhasil melihat lapangan hijau sepakbola di depan mata. Kami mencari tempat duduk. Saat sudah menempati tempat duduk kami berdua berteriak bersama seperti orang yang baru saja berhasil meraih juara. Kami berhasil menonton langsung!

Pertandingan itu memang dimenangkan Malaysia. Ada kekecewaan karena kekalahan itu. Tapi tetap saja puas karena berhasil menonton langsung partai final. Sebelumnya saya hanya pernah menonton langsung di stadion untuk pertandingan penyisihan-penyisihan atau pertandingan persahabatan. Untuk final baru kali ini. Sehingga saya sangat gembira dan puas. Mendukung dan menyaksikan negara berjuang di lapangan membuat saya berdebar-debar. Menurut saya itu adalah salah satu bentuk bela negara yang bisa saya lakukan saat ini, mendukung Indonesia!

Euforia itu telah berakhir. Meski cabang sepakbola hanya mendapat perak, tapi kita juara umum! Apresiasi setinggi-tingginya patut kita berikan kepada para atlet. Namun keprihatinan kepada para korban yang tewas saat ingin menonton pertandingan sepakbola juga patut menjadi perhatian kita.Sikap dan perilaku suporter harus lebih dibina. Jangan sampai mereka yang ingin mendukung malah harus mempertaruhkan nyawa mereka. Indonesia beruntung memiliki para pendukung yang tetap setia menyorakkan 'Indonesia!' setiap saat. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya. 

Jumat, 18 November 2011

Adaptasi Super Makhluk Sosial

Semua makhluk hidup dikaruniai kemampuan beradaptasi. Dengan kemampuan itulah yang membuat makhluk hidup bisa terus mempertahankan hidupnya. Baik tumbuhan, hewan, ataupun manusia, semua memiliki caranya masing-masing untuk beradaptasi dengan kehidupannya. Dan manusia memiliki kemampuan adaptasi lebih dari yang lainnya karena akal budi kita.

Suatu hari saya seperti biasa berangkat pergi ke kantor menggunakan busway. Saya transit di halte Grogol 2 untuk naik yang jurusan PGC ataupun Pinang Ranti karena kantor saya berada di bilangan Palmerah. Kebetulan bus yang saya naiki sangat kosong dan saya memilih duduk di kursi terdepan di bagian sebelah kiri. Dengan posisi itu saya bisa melihat situasi jalanan melalui kaca depan bus.

Semuanya baik-baik saja dan tak ada yang spesial sampai pada akhirnya saya melihat sesuatu yang saya rasa luar biasa.

Tepat di depan kami ada sebuah truk sampah yang terbuka. Tidak seperti truk sampah umumnya yang sangat besar dan berwarna oranye di bagian belakang, truk ini bagian belakangnya hanya terbuat dari kayu-kayu dan terlihat sudah rapuh. Yang membuat saya berpikir itu adalah truk sampah adalah isi dari bagian belakang truk itu yang adalah sampah yang bertumpuk-tumpuk.

Ketika saya mencermati tumpukan sampah itu ada sesuatu yang aneh. Saya melihat sebuah plastik hitam yang menutupi sesuatu dengan posisi tertidur. Dan itu adalah manusia. Saya semakin yakin setelah melihat orang itu yang ternyata terlihat berjenis kelamin pria, bergerak-gerak seperti mencari posisi nyaman untuk tidurnya. Saya melongo melihat pria itu, begitu juga dengan orang-orang yang duduk di dekat saya yang ternyata juga menyadari adanya seorang pria yang tidur di atas tumpukan sampah.

Saya sering melihat truk sampah, namun baru kali itu saya melihat ada orang tidur di atas tumpukan sampah. Saya sering pula melihat orang mengorek-ngorek sampah untuk mencari makan, tapi saya tidak pernah melihat orang tiduran di atas sampah. Apakah menurut anda itu biasa saja atau sudah sewajarnya? Bagi saya itu tidak biasa, itu luar biasa.

Sejenak saya berpikir kenapa orang itu tidak tidur di bagian depan saja bersama si supir? Apakah sudah penuh di bagian depan? Ataukah teman-temannya begitu jahatnya membiarkannya sendirian di bagian belakang truk bersama sampah-sampah. Kalau saya jadi orang itu tentu saja saya tidak akan mau untuk tiduran di atas sampah, bagaimanapun caranya saya akan mencari tempat yang lebih nyaman dibanding di atas sampah. Duduk di atas sampah saja tidak mau, apalagi tiduran?

Perilaku orang itu adalah salah satu adaptasi yang dilakukan masyarakat kita. Terkadang dengan keterbatasan kita akan dengan sendirinya memikirkan cara-cara yang tidak biasa untuk bisa bertahan. Dan sering kali hal itu tidak biasa untuk orang lain. Banyak lagi macamnya bentuk adaptasi yang orang-orang lakukan. Kebanyakan sering kali membuat kita tercengang dan berpikir 'bagaimana bisa?' .

Sekarang apa perasaan anda jika melihat pria itu tadi? Sedih? Takjub? Terkesan? Prihatin? Atau apa? Ada teman yang setelah saya ceritakan berkata itu miris. Ya, memang miris. Tidak terbayang aroma busuk serta kotornya sampah-sampah itu, kuman-kuman juga bersarang di sana. Tapi orang itu malah memilih tidur di atasnya. 

Saat saya melihatnya perasaan pertama yang muncul adalah miris. Kedua adalah prihatin. Namun saya merasakan ada perasaan terkesan dalam diri saya. Terkesan dengan kehebatan pria itu berdamai dengan situasi di sekitar dirinya. Dia menunjukan pada saya bagaimana manusia diberkahi kemampuan luar biasa untuk bisa bertahan dalam segala kondisi. Manusia hanya sering merasa tidak mampu dan tak berdaya terhadap lingkungan yang kadang membebani. Padahal manusia bisa mengalahkan semua keterbatasan situasi yang ada.

Hai kalian para empunya pemerintahan dan berkoar-koar mewakili bangsa, bagaimana tanggapan kalian kalau melihat pria itu tadi? Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Rabu, 16 November 2011

Misi Mulia di Rimba Asap

Baru-baru ini saya membaca artikel VOA Indonesia yaitu tentang kota Solo yang merekrut remaja untuk menjadi satgas muda anti rokok. Saya sangat tertarik tentang langkah yang diambil kota Solo untuk mengupayakan pemberhentian aktivitas merokok di masyarakat, minimal di kota itu.

Penunjukan para pemuda yang berusia 20-an cukup menarik. Menarik karena usia-usia itu tergolong muda dan hidup di lingkungan yang masih cukup bebas dan sangat aktif merokok. Mungkin idenya timbul karena menganggap harus ada pembinaan berhenti merokok dari kalangan muda. Saya rasa ide itu sangat baik dan perlu diikuti oleh kota-kota lainnya.

Pembentukan satgas ini sangat baik karena memiliki tujuan mulia. Mulia karena memberikan penyuluhan bagi orang lain untuk hidup lebih sehat dengan berhenti merokok. Apalagi dilakukan oleh mereka yang masih muda. Sungguh suatu program yang sangat positif untuk masyarakat luas. Namun sebenarnya, tugas para pemuda itu sangatlah berat.

Di artikel itu dikatakan bahwa salah seorang satgas yang bernama Yogi begitu ingin memberi edukasi ke orang lain tentang bahaya merokok. Ia menceritakan bahwa telah berhasil membujuk ayahnya untuk mengurangi merokok. Tapi ketahuilah, membujuk orang lain jauh lebih sulit dibanding membujuk orang yang telah kita kenal atau keluarga kita sendiri.

Kalau membujuk ayah sendiri mungkin akan berhasil karena ayahnya pasti akan tergerak mendengar anaknya sendiri yang membujuknya. Hubungan kedekatan akan memberikan sumbangsih yang lebih besar untuk membuat suatu perubahan dalam gaya hidup ataupun perilaku. Sama saja seorang istri yang bisa mengurangi kebiasaan jorok suaminya ketika menikah. Tapi belum tentu wanita itu bisa membujuk orang lain atau bahkan temannya sekalipun. Sangat sulit.

Ditambah bahwa masyarakat kita sangat malas untuk mendengar celotehan tentang hal yang baik. Malahan banyak yang akan menganggap anda sok baik atau malaikat dengan mengajari mereka berhenti merokok. Itu adalah kesulitan utama dari mereka para satgas muda anti rokok tersebut.

Lingkungan anak muda memang sangat aktif dalam hal merokok. Ada teman saya yang bisa menghabiskan lebih dari satu kotak rokok dalam sehari.Dan di luar sana pasti masih banyak lagi yang seperti itu. Pergaulan juga kadang menjadikan rokok sebagai alat pendekatan satu sama lain. Tak bisa dipungkiri, merokok adalah salah satu cara tercepat untuk mendapat teman. Dengan berbagi ataupun merokok bersama orang lain, mereka bisa dengan baik menjalin pertemanan. Hanya karena rokok.

Dari segi historis, rokok sudah sangat mengakar di kehidupan masyarakat. Tembakau tak bisa di pisahkan dari perjalanan bangsa. Dari zaman sebelum dijajah negara kita ini sudah terkenal dengan kualitas tembakaunya. Rokok juga telah menghidupi banyak masyarakat kita sebagai buruh ataupun petani tembakau. Bagaimana caranya kita bisa menumpas rokok dari kehidupan masyarakat kita?

Para satgas muda itu ditugaskan untuk menghimbau orang-rang agar tidak merokok di tempat umum. Jumlah orang yang akan mereka temui ratusan di luar sana. Setiap melangkahkan kaiki beberapa meter mungkin mereka bisa langsung menemui orang yang sedang merokok. Tak jarang yang merokok juga adalah petugas ataupun yang bekerja untuk negara. Peraturan yang memang belum ada akan sangat menghambat mereka karena tidak ada tekanan yang bisa diberikan pada mereka yang merokok di tempat umum. Saya rasa para pembuat peraturan juga urung membuat larangan karena mereka ada salah satu diantara perokok-perokok itu.

Tapi kita harus melihat dulu kinerja dari satgas-satgas itu. Kinerja mereka harus dilihat dan dievaluasi untuk memberikan hasil efektif yang memang menjadi tujuan awal. Jangan hanya sebagai bentuk upaya positif yang tak berkelanjutan dan hanya menjadi bahan berita saja. Menurut saya perlu dukungan pihak terkait juga aparat untuk memaksimalkan kinerja mereka. Sekali lagi, dengan usia mereka sangat sulit untuk membujuk orang yang lebih tua walaupun maksudnya mulia. Mungkin bila dibantu oleh aparat, penyuluhan mereka akan bisa lebih didengar di banding hanya mereka sendirian.

Ide kota Solo ini sebaiknya ditiru kota-kota lainnya di tanah air. Semakin banyak yang melakukan maka hasil akan semakin baik. Hal kecil jika dilakukan bersama-sama akan menghasilkan sesuatu yang besar nantinya. Saya bukan perokok, namun saya tahu bagaimana rokok sudah menjadi gaya hidup yang mengakar di masyarakat kita. Cobalah dulu dengan mengurangi intensitas merokok masyarakat dan mengatur tempat merokoknya. Jangan terlalu jauh menargetkan untuk menghapuskan rokok. Karena menurut saya yang pertama harus ditertibkan adalah tempat asap rokok itu menyebar yang bisa mengganggu orang lain yang tidak merokok. Selalu ada kesempatan untuk sebuah perubahan. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

http://www.voanews.com/indonesian/news/Kota-Solo-Rekrut-Ratusan-Jadi-Satgas-Muda-Anti-Rokok-133955733.html

Senin, 14 November 2011

Tunggu Orang Lain Saja

Beberapa hari yang lalu saya berada dalam suatu kejadian sederhana namun bisa direnungkan secara mendalam. 

Saya sedang di halte busway Grogol 2. Saya menunggu bus arah Harmoni. Seperti biasa suasana dalam halte cukup padat. Dan seperti biasa pula, antrean orang-orang acak-acakan. Tidak ada bentuk baris yang rapi. Bahkan anak TK bisa berbaris dengan jauh lebih baik lagi. Mungkin saja sebagian besar dari kami tidak lulus pelajaran baris-berbaris. 

Bus yang saya tunggupun datang. Jurusan Harmoni berwarna abu-abu. Pintu terbuka dan orang-orang dari dalam bus banyak yang ingin keluar. Setelah beberapa orang keluar dari bus muncul seorang ibu dari balik kerumunan orang di dalam bus.

Ibu itu ternyata menggunakan kursi roda. Dan dia sendirian. Tentu saja ibu itu membutuhkan pertolongan untuk bisa keluar. Kondektur busway memegang dengan segera roda bagian kiri kursi roda ibu itu. Lalu sang kondektur melihat ke arah mas-mas yang berada tepat di sebelah kanan kursi roda ibu itu. Tatapan itu berarti permintaan agar mas-mas itu membantu memegang roda di sisi sebelah. 

Namun apa yang terjadi, mas-mas itu hanya diam. Dia seperti tidak tahu apa yang harus diperbuat. Padahal ibu itu tepat berada di sampingnya dan butuh pertolongannya. Bahkan saat ada yang berbicara agat ia mau membantu ibu itu, ia tetap diam saja. 

Saya yang sedikit kesal melihat kelakuan mas-mas itu langsung menyerobot barisan untuk masuk ke dalam bus membantu ibu itu keluar dari bus. Mas-mas tadi tetap hanya diam. Tidak, bukan hanya mas-mas tadi. Pria-pria yang berada lebih dekat ke ibu itu daripada saya juga hanya diam saja. Menunggu ada orang lain yang bertindak.

Saya bukan ingin menyombongkan diri karena telah berbuat suatu kebaikan. Namun coba kita merefleksikan ini bersama-sama. Apakah kita sering kali seperti mas-mas dan orang lain itu? Itu mungkin hanya kejadian sederhana, namun bagi saya bisa mencerminkan perilaku kita yang sebenarnya di dalam masyarakat. Justru dalam tindakan-tindakan seperti itulah sifat bawaan kita terlihat.

Banyak diantara kita yang kurang bisa untuk bertindak. Banyak diantara kita yang lebih memilih orang lain untuk turun tangan pada suatu hal. Tidak ada gerakan dalam diri sendiri untuk mau membantu. Saya tidak tahu apa alasannya namun bagi saya itu salah satu bentuk hati nurani yang sudah tumpul.

Mari kita semua mulai sekarang lebih mau bertindak jika melihat ketidakberesan. Bantulah apa yang bisa kita bantu. Pertolongan yang kadang anda anggap kecil bisa berbuah sesuatu yang sangat penting bagi orang lain. Berperilaku dalam masyarakat merupakan salah satu cermin pribadi kita. Jadikan masyarakat ini aktif dan bukan lagi pasif. Jangan menunggu, melainkan langsung bertindak. Jangan meminta tapi berilah. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Rabu, 09 November 2011

Surat Pada Sang Pahlawan

Hai pahlawan-pahlawan! Apa kabar kalian semua?

Kapan kalian akan pulang kembali kesini?

Untuk apa kalian berlama-lama disana? Tidakah kau rindu anak-anakmu yang kurus tak terurus itu?

Sekarang disini sudah maju kata mereka, gedung-gedung modern tak kalah dengan tempatmu disana!

Tak perlulah kau pergi jauh kesana untuk mencari uang,
seharusnya tak mungkin tidak ada lahan yang bisa memberikanmu setumpuk uang disini.

Lihat keluargamu yang begitu ingin bertemu, tak peduli berapa banyak pundi-pundi yang kau dapat.

Kemarin kudengar kau dipukuli, tak sedikit kalian diperkosa. Sebagian diantaramu meninggal disana!

Untuk apa lagi? Untuk apa kau bertahan dengan siksaan yang kau alami?!

Perlindungan? Jangan bercanda! Perlindungan macam apa yang kau harapkan?

Orang-orang itu sedang sibuk menghitung uang yang mereka curi dari rumah kita bersama, tak ada waktu untuk mengurusi rasa sakitmu disana!

Sudahlah, pulang... Pulanglah!

Jangan kau terayu oleh sebutan pahlawan yang dikobar-kobarkan! Jasadmu tak akan disemayamkan di Kalibata! Namamu tak akan teringat saat mengheningkan cipta!

Carilah rupiah saja, keluargamu tak perlu yang lain!

Meski tangismu tak terdengar sampai tempatku berpijak,

meski ucapanku tak bisa menyembuhkan lukamu yang mendalam,

meski uang asing yang kau kumpulkan tak bisa membangkitkanmu dari tidur abadi,

izinkanlah aku berucap.... SELAMAT HARI PAHLAWAN!!

Selasa, 08 November 2011

Bhagavad Gita

*tulisan saya di bawah ini saya jadikan narasi sebuah film untuk lomba film di SMA bersama teman-teman saya.

"Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia"

Bahasa, sesuatu yang memenuhi kehidupan umat manusia. Sebuah alat bagi kita semua berkomunikasi satu sama lain, menyampaikan dan menerima pesan lewat bahasa. Begitu banyak bahasa di bumi ini yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Di Indonesia ini kita tentu saja memakai bahasa Indonesia, bahasa yang telah menjadi pemersatu bangsa kita sejak jaman Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia yang kita ketahui dari dulu telah mengalami banyak perubahan baik kecil maupun besar. Bentuk ejaan yang telah banyak berubah dibanding orde lama sampai dengan sekarang sampai dengan kata-kata serapan yang telah banyak memasuki ranah bahasa Indonesia.

Penyampaian bahasa perlu kita cermati. Dewasa ini begitu banyak cara penyampaian bahasa yang melenceng dari jalurnya. Tak ada lagi penggunaan EYD yang diterapkan dengan benar. Yang terpenting saat ini adalah yang mendapat pesan mengerti apa maksud dari pesan tersebut, tak perlu repot-repot menggunakan bahasa yang baik dan benar. MInimalistis dan efektifitas waktu penyampaian pesan menjadi sangat terasa.

Seseorang yang menggunakan bahasa yang baik dan benar dianggap kaku dan tak enak didengar bagi kalangan muda saat ini. Kata-kata baru diciptakan oleh generasi muda saat ini, dan beberapa diantaranya menjadi trademark di kalangan muda. Tak mengerti bahasa tersebut bisa saja orang itu dicap aneh dan tidak gaul. Jadi bisa saja jika kamus besar bahasa Indonesia ingin menyerap itu semua, ketebalan buku kamus itu bisa bertambah. Baik itu halamannya, maupun keanehan bahasa di dalamnya.

Bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa daerah yang ada di Indonesia itu semua. Masing-masing daerah memiliki bahasa ibu mereka sendiri. Namun bahasa daerah itu bisa saja digunakan dalam percakapan dalam bahasa Indonesia. Coba saja kita tengok panggilan yang digunakan orang Betawi, Gua dan Elu. Dalam bahasa Indonesia sekarang ini, saya dan anda telah digeser kedudukannya oleh Gua dan Elu. Yang menggunakannya dalam percakapan bukan saja orang Betawi, namun semua etnis yang ada. Sudah tak ada lagi dinding yang memisahkan bahasa satu daerah denagn daerah yang lain.

SPOK, itulah yang diajarkan kepada kita dalam ilmu bahasa sejak kita duduk dibangku sekolah dasar. Itu digunakan khususnya dalam bahasa tulis. Namun dalam bahasa lisan, tak ada gunanya. Seseorang dengan mudahnya mengubah-ngubah itu semua, dan mengacaukan penyampaian yang baik dan benar. Begitu juga dengan penggunaan kata-kata yang banyak diantaranya sudah tidak jelas jenis katanya. Kata benda bisa jadi kata sifat, kata sifat bisa jadi keterangan atau apapun itu. Semua dengan seenaknya menggunakan kata yang mereka sukai dalam pembicaraan.

Saat ini mungkin para hewan sangat bangga karena mereka sering kali disebut-sebut dalam percakapan umat manusia. Anjing menjadi salah satu yang paling populer diikuti oleh babi diurutan kedua dan binatang-binatang lainnya menyusul di belakang. Sayangnya nama-nama mereka dipakai untuk mencela seseorang dan cenderung untuk bahasa-bahasa kasar. Selain binatang, organ-organ tubuh sensitif manusiapun turut serta dalam percakapan saat ini. Jadilah bahasa Indonesia saat ini begitu bervariasi dan hancurlah tatakrama.

Siapa yang harus disalahkan? Tak ada yang bisa menjawab, karena semua dari kita termasuk di dalam kasus-kasus tersebut. Bagaimana cara merubah itu? Tidak ada yang tahu. Semua ini akan terus berlanjut dan berkembang. Seidaknya dalam dunia kerja dan pendidikan masih ada saat-saat penggunaan bahasa yang baik dan benar. Setidaknya masih ada lahan bagi bahasa baik dan benar untuk terus eksis, sehingga manusia setidaknya masih tahu apa yang disebut dengan bahasa yang baik dan benar.

Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Minggu, 06 November 2011

Aku Aku Kamu Kamu

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Tapi manusia belum tentu berjiwa sosial. Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Namun manusia belum tentu peduli pada hidup orang lain. Mengapa demikian? Seharusnya anda bisa menjawabnya sendiri sebagai manusia. Individualisme salah satunya.

Individualisme kita bisa terjadi di lingkungan paling kecil hingga yang terbesar. Baik itu di rumah, sekolah, tempat kerja, atau pun di masyarakat luas. Karena dimanapun kita memiliki egoisme yang selalu akan muncul tanpa kita sadari. Rasa egois itu akan mendorong kita untuk menempatkan diri sendiri di depan orang lain. Kepentingan pribadi paling di nomor satukan. 

Bagaimana bisa di dalam keluarga yang hidup bersama-sama setiap harinya muncul egoisme? Bisa saja. Alasannya bisa bermacam-macam. Yang paling terlihat adalah dalam hubungan kakak - adik. Terkadang rasa iri yang timbul dalam hubungan bersaudara akan memunculkan rasa egois pada diri masing-masing. Jika si adik terlalu sering dimanjakan dan dipenuhi keinginannya oleh orangtua, maka si kakak akan menjadi egois dan tidak memperdulikan si adik. Itu bisa terjadi karena si kakak menganggap si adik sudah mendapat perhatian lebih dari orangtuanya dan tidak mau lagi berbagi hal apapun dengan adiknya. Meskipun tidak sedikit kakak yang tetap memberi perhatian lebih bagi adiknya yang dimanja. 

Itu hanyalah salah satu contoh dari kehidupan di dalam keluarga. Masih banyak lainnya, karena pengalaman orang juga berbeda-beda. Hubungan suami-istri pun bisa saja masih terdapat sikap individualis. "Ini barang saya, tak ada yang boleh pakai" Kalimat tersebut mungkin sering ada di keseharian anda. Kata-kata maupun sikap seperti itu akan mendorong orang untuk berlaku egois. Kalau kita pikirkan tindakan seperti itu tidaklah perlu dalam kehidupan bersama, apalagi sebagai suatu keluarga. Hidup bersama berarti saling berbagi bukan?

Sekolah merupakan tempat kita belajar bagaimana perilaku egois itu ada di kehidupan kita. Kita bisa saja menjadi jengkel dan sering kesal jika menemui tindakan teman yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dengan melihat hal seperti itu kita menjadi sadar bahwa begitulah sifat manusia di tengah masyarakat. Di sekolah yang paling bisa disorot untuk masalah keegoisan seseorang adalah nilai. Ya, nilai adalah hal yang paling bisa menunjukan sifat individualis di sekolah. Demi nilai sendiri kadangkala seseorang tidak memperdulikan nilai orang lain. Mungkin ini sudah menjadi naluri. orang hanya akan memikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan nilai yang terbaik demi diri sendiri tanpa memperdulikan teman. Kerja kelompok sering menjadi tempat dimana seseorang akan memperlihatkan sisi dirinya. Apakah dia adalah orang yang peduli teman, atau egois, semua bisa dilihat.

Orang yang individualis biasanya akan pelit ilmu di kelas. Hal-hal yang ia temukan bisa membuat nilainya baik tidak akan diberikannya pada orang lain. Tidak mau orang lain mendapatkan nilai yang tinggi mungkin salah satu alasannya. Orang ini hanya mau dialah yang mendapatkan nilai yang baik. Pelit akan menjadi julukan yang cocok bagi orang seperti ini.

Teman sih teman, tapi kalau masalah nilai, lain ceritanya. Apakah anda salah satunya? Keeratan hubungan pertemanan bisa dilihat dari hal-hal seperti itu. Menurut saya teman yang bisa anda percaya adalah yang mau mendapatkan nilai yang terbaik bersama dengan anda. Bukan yang hanya mencari nilai pribadi. Namun bukan berarti anda memberikan contekan pada teman anda atau sebaliknya. Jujur saja, contek-mencontek akan membuat anda bodoh dan tak berkembang. Belajar bersama,saling membagi ilmu, kerja sama dalam berbagai tugas, semua itu adalah hal-hal yang bisa anda pakai. Teman bukan saja tempat untuk bersenang-senang, namun juga tempat untuk menanggung beban bersama. Kecuali jika anda sekolah atau kuliah hanya untuk pribadi tanpa ada maksud membangun relasi.

Dunia kerja adalah dunia yang lebih individualistis. Tidak ada lagi kepedulian yang bisa ditolerir. Mungkin saat di sekolah atau kuliah anda masih bisa menerima kesalahan yang dibuat teman anda, namun dalam lingkungan kerja lain soal. Kesalahan tidak dibenarkan dan hubungan intrapersonal tidak lagi seerat jenjang sekolah. Lingkungan kerja seperti rimba yang akan membuat anda bersaing satu sama lain untuk berlomba menjadi yang terbaik. Yang terbaik disini akan memberikan anda timbal balik berupa jabatan atau modal yang anda cari.

Meskipun tidak menutup hubungan pertemanan di dalam kantor, tetap saja kerja dan sekolah itu berbeda. Kalau anda bekerja di restoran, maka anda harus menyajikan makanan sesuai menu dan sesempurna mungkin. Tidak ada kesalahan yang bisa ditolerir lagi oleh teman anda, apalagi bos anda. Meskipun anda dekat dengan rekan kerja ataupun bos anda, sekali anda berbuat salah tetap saja salah. Dunia kerja akan membuat anda lebih menjadi orang yang individualistis. "Yang paling penting kerjaan saya selesai, masalah kerjaan dia mah masa bodoh!" Kalau bisa membaca pikiran, bisa saja kita menemukan kata-kata itu setiap hari di kantor.

Tuntutan kepada diri sendiri seringkali menjadi momok orang untuk mementingkan dirinya sendiri. Diri sendiri disini bisa juga berarti keluarga kita sendiri ataupun kelompok kita sendiri. Apakah perilaku individualis itu buruk? Menurut saya tidak juga. Karena berlaku egois, seseorang akan terus memacu dirinya. Terlalu sering berbagi juga tidak selamanya baik. Memang ada ha-hal tertentu yang mengharuskan kita menempatkan diri kita di posisi terdepan. Banyak orang besar di luar sana yang menjadi sukses karena melangkahi teman-temannya bukan?

Semuanya kembali pada pilihan anda. Orang yang berperilaku egois secara mencolok cenderung akan dijauhi, terutama jika dalam lingkup sekolah. Orang yang mau berbagi dengan rekannya akan mudah menjalin koneksi dengan orang lain. Ini adalah bagaimana kita membangun sudut pandang. Tidak ada salahnya kita memberi perhatian dan bantuan bagi orang lain. Meskipun sangat sulit di era modern sekarang ini. Itulah masyarakat kita, tapi bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Rabu, 02 November 2011

Yang Digoda Yang Tersiksa

Belakangan ini entah kenapa begitu banyak kasus pemerkosaan yang diberitakan. Entah itu di internet, koran, ataupun TV. Mungkin kejahatan yang satu ini sedang ngetrend-ngetrendnya. Jadi banyak lelaki diluar sana yang tidak mau ketinggalan untuk mencoba kejahatan yang satu ini.

Mulai dari pemerkosaan di dalam angkot yang beberapa saat lalu sempat membuat heboh masyarakat. Beberapa saat setelah berita itu turun, terulang lagi kejadian yang sama dan kali ini si sopir angkot sendiri yang melakukannya. Mungkin saja karena ada yang memulai tindak kejahatan pemerkosaan di dalam angkot maka membuat oranglain berpikiran yang sama. "Wah dia bisa memerkosa di dalam angkot, berarti saya juga bisa dong?" Yah, bisa saja pemikiran itu muncul pada mereka yang melakukan kejahatan tersebut. 

Berita terakhir yang saya baca lebih membuat saya miris. Pelaku pemerkosaan adalah anggota POL PP suatu daerah. Mereka melakukan tindak pemerkosaan setelah di suatu jalan melihat wanita yang terkapar setelah sebelumnya diperkosa oleh seseorang. Wanita yang tak berdaya itu bukan ditolong oleh anggota POL PP yang lewat itu melainkan turut dinikmati oleh mereka. Bejat? Sangat! 

Saya tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran para lelaki seperti anggota POL PP diatas. Bukankah katanya lelaki ada untuk menjaga perempuan? Atau justru saya yang salah? Sebenarnya lelaki ada untuk menikmati perempuan? 

Wanita selalu ditempatkan sebagai korban. Walau kadang ada saja lelaki yang menjadi korban. Tahukah anda berita pemerkosaan yang dilakukan segerombolan wanita terhadap lelaki di Afrika belum lama ini? Semoga saja itu tidak terjadi di negara kita karena saya yakin mereka tak perlu repot-repot mencari lelaki yang ingi diperkosa.

Sesungguhnya di luar sana, terutama di jalan-jalan, tak ada keamanan bagi para perempuan. Ya, tak ada jaminan yang bisa dipercaya. Terlalu banyak lelaki yang tidak bisa memberikan rasa aman bagi wanita, tak terkecuali profesi apapun. Tahukah anda bahwa menggoda wanita yang berlalu di depan anda juga salah satu tindakan yang membuat rasa aman wanita terganggu? Para pria di luar sana terlalu lemah untuk tidak menggoda para wanita. Apakah anda salah satunya?

Menurut saya wanita saat ini sangat terkekang dalam berbusana. Kita ambil contoh yang paling sederhana, rok. Denga menggunakan rok, mereka sudah bisa menjadi bahan godaan para lelaki. Apa yang salah dengan rok? Para wanita ingin tampak rapi dengan mempercantik diri saat ke kantor, kuliah, atau ketempat lainnya. Salah satunya dengan pakaian mereka. Namun seringkali para lelaki membuat mereka merasa tidak aman dengan omongan mereka. Dan bisa saja berlanjut pada nafsu bejat yang tak terkontrol lagi. Wanita yang ingin tampak cantik dan rapi hanya bisa aman jika menggunakan kendaraan pribadi, minimal taksi atau busway. Walau itupun juga tidak menjamin. Kalau di jalan raya atau angkutan umum? Sudah pasti tak akan lewat dari mata dan mulut para lelaki yang menggangu, dan itu yang paling minimal. Dan juga tempat yang mereka datangi haruslah tempat-tempat 'ber-AC'.

Saya ingin mengajak anda semua untuk memberikan rasa aman bagi para wanita kita. Jangan mengganggu mereka, minimal dengan tidak mengeluarkan omongan-omongan tidak penting. Kalau memang katanya lelaki lebih kuat dari wanita, gunakan itu untuk melindungi mereka. Saya yakin anda akan marah jika pasangan anda diperlakukan tidak baik oleh lelaki lain. Jadi, jangan lakukan itu pada wanita-wanita karena anda tahu apa rasanya jika terjadi pada pasangan anda. 

Saya lelaki dan saya mengerti bagaimana sifat bawaan lelaki. Yang saya ingin pentingkan disini adalah menciptakan rasa aman bagi wanita. Lebih baiklah dalam mengontrol mulut dan perilaku anda. Masyarakat kita memang sudah sangat sulit untuk dirubah dalam hal perilaku. Setidaknya kita jangan menambah jumlahnya dan memperbaiki semampu kita. Jika anda memiliki pasangan, sebisa mungkin jagalah dia semampu anda. Temani dia sebisa mungkin karena mereka memerlukan rasa aman. Karena beginilah perilaku masyarakat kita yang dulu disebut-sebut terkenal dengan keramahannya. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Selasa, 01 November 2011

Cocok Itu Dusta

"Maaf, kita sepertinya udah gak cocok lagi deh.." Apakah anda salah satu korban yang pernah menerima perkataan seperti itu? Atau mungkin anda salah satu orang yang pernah megucapkan itu? "Sudah gak cocok, sudah gak nyambung" Kalimat-kalimat itu adalah cara terpopuler di kalangan anak muda sebagai kalimat memutuskan hubungan asmara.

Menurut saya ketidak cocokan bukan merupakan suatu alasan yang bisa diterima begitu saja. Mengapa demikian? Karena bagi saya cocoknya kita dengan seseorang tidak terjadi begitu saja melainkan ada usaha untuk menjadikannya. Tak ada seorangpun yang benar-benar cocok untuk menjadi pasangan kita jika kita ingin mencari yang cocok. Kecocokan adalah hal yang harus dibangun.

Apa alasan anda saat menyukai seseorang? Kalau saya ditanya seperti itu saya akan menjawab bahwa saya juga tidak tahu kenapa. Tidak ada alasan saya bisa menyukai seorang wanita. Begitu juga dengan hal-hal lainnya. Semua terjadi begitu saja. Ada banyak wanita cantik diluar sana namun kenapa saya hanya menyukai si A? Tak ada yang bisa menjawabnya, itu adalah rahasia ilahi. Alasan-alasan seperti segi fisik ataupun sifat hanyalah hal yang menjadi cabang dari rasa suka kita, namun tetap saja bukan alasan kita menyukai sesuatu. Ada sesuatu yang tidak bisa kita jelaskan disana. Adanya impuls yang saling bertemu dan menghasilkan tindakan. Tidakah anda merasa demikian?

Lalu mengenai kecocokan sebenarnya adalah masalah adaptasi kita. Karena kita menyukai dia, maka kita secara tidak sadar akan membuat diri kita nyaman dengan dirinya. Kenyamanan itu kita bangun dengan usaha-usaha yang begitu beragam. Kita beradaptasi dengan orang yang kita suka tadi. Setelah itu kita akan mendapatkan kenyamanan bersama orang itu dan sering kali kita anggap itu adalah suatu kecocokan yang datang begitu saja. Jadi menurut saya memang dari awal tidak ada hal cocok atau tidak cocok. Yang ada hanyalah suka atau tidak suka, sayang atau tidak sayang saja. Sudah tidak cocok bisa diartikan sudah capek untuk bersama dia ataupun sudah capek meladeni dan sebagainya.

Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dalam hubungan kita satu sama lain terutama untuk hubungan percintaan. Akan ada begitu banyak hal bodoh maupun luarbiasa yang bisa dilakukan. Dan jika si dia berkata sudah tidak cocok lagi, yah saya sudah menjelaskannya diatas. Namun tak perlu anda percaya, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.