Selasa, 24 Januari 2012

Elegi Hembusan yang Mudah Hilang

Apa anugrah paling besar yang anda pernah dapatkan dalam hidup ini? Mungkin anda akan menjawab orangtua, keluarga, kekasih, sahabat-sahabat, kekayaan, prestasi, gelar, dan lain-lainnya sesuai dengan apa yang anda rasakan dan alami sampai saat ini. Semuanya itu adalah benar adanya sebagai sebuah anugrah yang begitu indah, apapun kepercayaan anda. Namun tahukah anda bahwa ada anugrah yang lebih besar daripada itu semua? Yang ini seringkali terlupakan sebagai sebuah pemberian terbesar dan lebih dari apapun juga. Hidup.

Ada yang mengatakan hidup itu mudah, ada yang mengatakan hidup itu berat. Mudah mungkin saja karena kita berpikir hidup seperti sebuah hal yang memang sudah seharusnya dan berjalan begitu saja. Sedangkan sulit dilatarbelakangi oleh kesulitan-kesulitan sosial yang dialami. Namun bagi saya, benar adanya bahwa hidup itu sulit. Yang mudah itu adalah, mengakhiri hidup. Baik hidup kita sendiri ataupun hidup orang lain.

Baru-baru ini kita semua dihebohkan oleh kasus Xenia maut yang menurut berita terakhir yang saya dapat menelan 9 korban jiwa. Siapa yang menyangka akan tertabrak saat berjalan di atas trotoar bersama teman-teman? Beda soalnya kalau kita memang sengaja menantang bahaya dengan misalnya berjalan di tengah jalan atau menyebrang dengan asal tanpa melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Siapa juga yang menyangka ada perempuan yang dalam efek obat terlarang menyetir dan tiba-tiba masuk trotoar dan menabrak orang-orang tak bersalah? Semua terjadi begitu saja. Nyawa dengan mudahnya hilang begitu saja.

Banyak orang diluar sana mencaci, menghujat dan sebagainya. Aparat dan badan hukum langsung mengolah kasus serta memberikan hukuman pada pelaku itu. Semua pihak dari masyarakat biasa sampai tokoh-tokoh politik mengecam pelaku kasus itu. Saya tidak akan menuliskan cacian dalam post ini, namun saya ingin mengajak anda semua melihat dari sisi yang lain. Sisi dimana kita sebagai manusia, menghargai hidup kita yang sungguh berharga ini.
Dari kasus Xenia itu kita bisa belajar bagaimana hidup bisa begitu mudahnya selesai dengan cara yang tak terpikirkan sama sekali. 

Bagi anda yang membaca post ini yang merasa bahwa hidup anda biasa-biasa saja dan tidak ada spesialnya sama sekali, cobalah lihat apa yang anda punya sekarang. Bagi anda yang merasa hidup anda tak berguna sama sekali, ataupun sudah putus asa dengan hidup anda saat ini, cobalah lihat tangisan orang-orang yang kehilangan orang yang mereka cintai untuk selamanya. Hidup ini adalah seperti sebuah petualangan yang tak kita ketahui dimana garis finish-nya. 

Saya seringkali menganggap diri saya ini adalah seorang tokoh utama sebuah film. Dimana film itu adalah kehidupan saya yang saya jalani sampai saat ini. Sebagai seorang tokoh utama saya juga bergerak sebagai sang sutradara. Saya merencanakan semua cerita dalam film ini sekaligus memainkan perannya. Dalam film tersebut ada tokoh-tokoh antagonis dan protagonis yang membentuk karakter saya. Juga tokoh-tokoh tambahan yang datang silih berganti dalam setiap fase cerita itu.

Saya ingin mengajak anda semua menjadi tokoh utama dalam film anda masing-masing. Jangan hanya menjadi tokoh figuran yang melihat kagum pada kehidupan orang lain sepanjang hidup. Jangan selalu menjadi tokoh pendukung sepanjang hidup yang hanya menyokong cerita orang lain. Anda harus memaknai hidup anda sendiri dan menjadi tokoh utama yang bermain dalam film yang memiliki makna didalamnya.

Jika anda berpikir 'masih ada besok' di benak anda, saat itu juga hilangkan pikiran seperti itu. Tak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di esok hari kehidupan kita. Bahkan satu jam, semenit, atau sedetik berikutnya dari kehidupan kita saat ini kita tak bisa memprediksikannya. Yang bisa kita lakukan adalah menghargai waktu yang kita punya.

Jangan pernah berpikir bahwa korban tsunami Aceh atau Yogyakarta dulu hanyalah bernasib sial. Bencana bisa datang kapan saja. Kita bisa saja memprediksi bencana, namun kapan datangnya siapa yang tahu? Siapa juga yang berpikir pemuda-pemuda kasus Xenia itu akan meninggal tertabrak padahal mereka berjalan di trotoar dengan benar. Teman-teman pelaku juga mungkin tidak menyangka bahwa temannya akan sampai oleng saat menyetir setelah mereka pesta narkotika? Mungkin mereka hanya berpikir untuk kesenangan mereka saja tanpa memprediksi bahwa penggunaan obat mereka bisa saja berpengaruh pada orang lain bahkan sampai nyawa orang lain.
Begitulah adanya. Hidup ini bisa dengan mudahnya disudahi. Beribu-ribu macam cara untuk mengakhiri hidup seseorang. Dari yang paling sederhana hingga yang begitu terencana. Ya, tak perlulah kita memperkarakan mengenai kematian atau semacamya. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana kita memaknai dan mempertahankan hidup ini.

Ada dimana seorang yang sudah rentan ataupun penyakitnya sudah begitu menyiksa orang tersebut, namun tetap saja dilakukan berbagai macam cara untuk mempertahankan hidupnya selama mungkin. Mengapa tidak langsung saja diberi suntikan untuk mengakhiri hidupnya seperti yang dipakai tak sedikit orang? Itu karena hidup begitu bermakna. Baik memperpanjang setahun, sebulan, sehari, sejam, semenit, atau bahkan sedetik, mempertahankan keberadaan kita di dunia memiliki nilai yang tak terbatas.

Pesan saya, hargailah hidup anda. Pakailah waktu anda dengan sebanyak mungkin tindakan yang berkualitas. Nikmatilah hidup anda. Begitu banyak menikmati hidup yang bagi saya sangat seru ini. Sekali lagi, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan diri kita setelah ini. Syukuri setip nafas yang anda hirup, setiap pemandangan yang terpantul di retina anda, setiap rasa yang terkecap di lidah anda, setiap sentuhan dari orang yang anda sayangi, setiap tawa bersama sahabat-sahabat anda, setiap tetes keringat dari perjuangan anda, setiap kehangatan yang dipancarkan matahari lagsung pada anda, dan setiap detik waktu yang terjadi dalam hidup anda. Karna hidup adalah sebuah anugrah terindah bagi kita sebagai bagian kecil dari dunia yang bahkan tak kita ketahui batasnya ini. 

Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Peniru Ulung

Pernahkah anda meniru? Tidak? Saya pastikan anda adalah seorang pembohong jika anda mengatakan tidak. Mengapa? Kita semua manusia adalah peniru. Hal yang tidak kita tiru hanyalah bawaan insting kita. Insting untuk bertahan hidup, makan, ataupun seksual. Sisanya? Semuanya hanyalah sifat ataupun sikap yang tanpa kita sadari adalah tiruan dari hal-hal yang kita lihat ataupun kita terima.Cara untuk mendapatkan ketiga hal di ataspun juga merupakan bentuk tiruan dari lingkungan kita.

Dari sejak lahir kita telah didoktrin oleh tindakan-tindakan yang dirasa benar oleh orangtua kita. Saat kita dewasa kita berusaha mencari jalan kita sendiri, atau sering disebut mencari kebenaran. Namun jika anda menyadarinya, sesuatu yang anda anggap benar itupun adalah input dari pihak lain yang anda serap dan cocok dengan diri anda. 

Manusia hanya membutuhkan rangsangan dari luar untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya namun terpendam dalam diri. Hanya butuh satu orang yang memulai, maka manusia akan dengan berani melakukan hasratnya yang ternyata sejalan dengan pikiran orang lain yang telah melakukan tindakan tersebut. Saya akan mengajak anda untuk melihat dari kasus pemerkosaan di angkutan umum yang belakangan terus terulang.

Kasus pemerkosaan di dalam angkutan umum pertama terjadi di dalam mikrolet. Tentu saja saat kejadian itu terjadi, masyarakat ribut membicarakannya. Angkot jurusan yang sama sempat sepi karena penumpang takut dan masih trauma atas kejadian tersebut. Kita berpikir bahwa kejadian seperti itu hanyalah sekali terjadi. Namun tidak demikian.

Kejadian yang sama terulang tidak lama setelahnya. Dan kembali terulang seperti tidak ada jera sampai sekarang. Terakhir bahkan seorang wanita digilir lima orang termasuk supir mikrolet tersebut. Aparat telah melakukan kebijakan yang dirasa bisa mengurangi tindakan pemerkosaan dengan penegasan dalam seragam supir. Namun apa hasilnya?

Saya sendiri tidak menemukan suatu penyelesaian dengan menyuruh supir berseragam. Apakah dengan berseragam berarti mereka adalah supir dengan pribadi yang baik yang tidak akan melakukan tindakan asusila? Memangnya setelah berseragam maka mereka akan berhenti memerkosa? Bukan itu masalahnya. 

Masalahnya bukan pada berseragam atau tidak, masalahnya adalah nafsu binatang yang telah ada dalam otak para pelaku maupun calon pelaku. Seragam tidak akan menutupi atau meredam hasrat mereka. Tindakan pemerkosaan itupun juga tak bisa kita kesampingkan dari dugaan adanya perencanaan sebelumnya. Supir angkot yang turut serta dalam pemerkosaan itu juga bisa membuat indikasi perencanaan tersebut kuat.

Satu saja yang memulai maka hasrat terpendam akan mencuat ataupun memunculkan hasrat baru. Para pelaku kedua , ketiga, atau setelahnya mungkin berpikir "Oh, ternyata bisa begitu ya" dan tinggal melakukan eksekusi. Dan memang pribadi masyarakat kita di jalanan sana sudah begitu rusak. Dan sekalinya tindakan seperti itu dilakukan, akan banyak peniru yang melanjutkannya. Polisi? Tak ada takut-takutnya mereka dengan polisi.

Meniru tindakan yang buruk adalah keahlian kita semua. Meski saya sendiri sampai saat ini tidak tahu apa itu yang sebenarnya baik dan mana yang benar-benar buruk. Namun tentu memerkosa tidak ada sisi baiknya bukan?

Melihat sifat meniru pada manusia, saya merasa diri saya yang sekarang inipun bukanlah diri saya yang murni dari diri saya. Sikap, tingkah laku, gaya bicara, gerak tubuh, semuanya ada unsur tiruan dari orang lain. Sering juga saya menyadarinya. Melihat sebuah gerakan tubuh yang menurut saya cocok dengan diri saya, maka setelahnya secara tidak sadar akan saya praktekkan dan terus menjadi kebiasaan diri.
Gaya bicara ataupun tutur kata paling mudah untuk ditiru. Kenapa kita bisa membedakan kelas seseorang dari cara bicaranya? Karena mereka sudah memiliki ciri-ciri gaya bahasa tersendiri sehingga kita bisa membedakannya. Dan itu berarti ada kesamaan yang berasal dari peniruan dari gaya bahasa dari kelas yang sama. Apakah itu disengaja? Tidak. Itu terjadi begitu saja karena sifat meniru manusia telah dibawa dari dalam diri masing-masing sejak lahir.

Kita hanya perlu tinggal di suatu lingkungan maka secara tidak langsung atau kita sadari akan terbentuk pribadi yang kita sebut diri kita sendiri yang merupakan hasil dari perkembangan kita bersama orang-orang sekitar. Lingkungan yang mengajarkan keburukan dan hanya menganggap wanita itu 'barang' akan dengan mudah membentuk pribadi yang bisa dengan santainya memerkosa wanita yang ingin pulang naik angkot seperti biasa.

Tirulah mana yang bisa membangun pribadi anda menjadi pribadi yang lebih baik dan bermartabat.  Bersikaplah dengan baik agar mereka yang akan meniru andapun akan menjadi pribadi yang baik di tengah lingkungannya. Namun sekali lagi, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Senin, 09 Januari 2012

Prolog Petualangan Baru

2012, tahun penuh kontroversi yang telah diperbincangkan dari beberapa tahun terakhir akhirnya kita masuki juga. Menapaki tahun yang baru seperti memasuki sebuah periode kehidupan yang baru. Kita telah melewati titik aman 2011 sehingga bisa memasuki tahun 2012. Hal yang telah lewat bukanlah sebuah momok melainkan sebuah pengajaran, hal yang akan dilewati bukanlah ancaman melainkan harapan.

Pada awal tahun 2012 ini, ibukota dan sekitarnya diguyur hujan badai dimana-mana. Hujan yang turun deras sampai pada hari ini membuat udara di dalam kota terasa begitu nyaman. Rasa panas seperti terasingkan untuk sesaat. Namun tak selamanya cuaca seperti ini menguntungkan. Pohon-pohon yang tumbang karena diterpa hujan serta angin yang berhembus kencang membuat lalu lintas tersendat di beberapa sudut kota. Badan yang tak memiliki daya tahan baikpun akan riskan diterjang cuaca yang ekstrim, tak terkecuali saya.

Selain diguyur hujan yang deras, kita juga diguyur oleh berita tentang mobil buatan anak bangsa. Esemka memberi warna awal tahun 2012 ini. Kita patut mengapresiasi serta mendukung mobil-mobil buatan anak-anak SMK ini. Jadikanlah mobil Esemka ini sebagai motor peningkatan produksi dalam negeri. Tak ada yang tak bisa kita lakukan dengan sumber daya manusia kita. Tinggal bagaimana kita mau melakukan dan keseriusan dalam mengembangkannya. 

Ada pihak yang cukup pesimis karena menganggap mobil ini nantinya akan bernasib seperti mobil Timor. Menurut saya janganlah kita melihat ke belakang. Lihatlah apa yang ada sekarang. Lihat apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang kita miliki sekarang ini. Semangat adik-adik SMK yang memproduksi mobil Esemka ini harus terus dipicu dan jangan dibiarkan memudar. Berikanlah kesempatan untuk naik ke level yang tinggi lagi. Jangan jadikan semangat mereka percuma dan hanya menjadi pemanis sementara saja. 

Produksi seperti mobil ini sangat memerlukan dukungan dari konsumen dalam negeri. Karena bagaimanapun juga, kita sendirilah masyarakat Indonesia yang harus menjadi pengguna mobil tersebut. Dan menurut saya itulah tantangan terbesar dari para produsen mobil tersebut jika nanti mobil ini sudah bisa diproduksi secara massal. Di berita-berita terdengar respon positif dari berbagai pihak dan semoga saja mereka akan benar-benar menjalin kerjasama yang baik untuk pemakaian mobil ini. Dan tantangan berada pada Gubernur. Dengan adanya mobil ini maka bisa saja jumlah mobil akan semakin banyak bertebaran, bagaimana pemerintah daerah akan mengatasinya?

Di tahun yang telah berlalu pastilah memuat peristiwa-peristiwa yang akan teringat. Yang paling bisa kita ingat adalah yang paling menyenangkan dan yang paling menyedihkan. Sebuah peristiwa yang terjadi tak akan terulang sama persis, karena itulah kita bisa mengingatnya. 

Waktu akan berlalu. Peristiwa akan lewat begitu saja. Orang-orang akan ada yang pergi dan datang. Rasa bahagia akan berlalu dengan rutinitas yang dilewati, namun rasa duka akan terus hinggap jika tak ada keinginan untuk menengadah. Bencana tak akan memberikan salam sebelum datang, keberuntungan hanyalah sudut pandang dari keberhasilan. Tak ada yang tak bisa diubah selama itu berada pada wilayah kita manusia. Tahun baru yang kita lewati dengan orang maupun cara yang kita pilih masing-masing pastilah memendam harapan di hati kita yang terdalam. Namun tanpa kita sadari itu semua hanyalah pilihan.

Anda punya resolusi tahun ini? Atau setidaknya harapan akan sesuatu? Saya punya resolusi dan harapan saya sendiri dan seperti banyak orang di luar sana, saya sangat berharap. Namun semua tak akan terjadi jika kita hanya berharap tanpa ada usaha nyata. Janganlah membuat yang berbeda hanyalah digit angka pada tahun, melainkan juga pada kehidupan kita. Tidakkah hidup akan menjadi membosankan jika tahun demi tahun dilewati begitu saja tanpa adanya perubahan? Tak perlulah memikirkan kiamat atau semacamnya di tahun ini. Tapi jika anda menganggap demikian, bagaimana kalau anda memadatkan tahun ini dengan persembahan terbaik dari anda. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.