Kamis, 22 Maret 2012

Butuh Kenyamanan Hanya Alasan

Dalam posting kali ini saya ingin mengajak anda para pembaca sekalian untuk mengambil sesuatu dari foto yang saya ambil beberapa saat lalu ini. 

Cobalah dahulu perhatikan foto ini secara seksama. Lihatlah apa yang sedang dilakukan oleh anak kecil itu.

Foto ini saya ambil di sebuah jembatan penyebrangan atau jembatan halte busway. Saat itu sekitar pukul setengah delapan malam. Saya yang ingin pulang dengan menaiki transportasi busway mendapat pembelajaran berharga dengan menemui anak ini, atau paling tidak sekedar melihat dan berpapasan dengan anak ini.

Menurut anda, kira-kira apa yang sedang dilakukan bocah ini? Meminta-minta? Ya, tentu dapat langsung dilihat bahwa dia adalah salah satu anak jalanan yang harus meminta-minta di jembatan penyebrangan. Gelas plastik yang diletakkan di depannya adalah tempat orang untuk memberikan koin-koin rupiah mereka. Tak ada yang berbeda dengan kebanyakan anak jalanan pada umumnya. Namun ada perbedaan yang tidak pernah saya temui sebelumnya yang dilakukan oleh bocah ini. Anda dapat melihatnya, ia sedang belajar.

Saya juga terkejut ketika melihat anak ini. Saat saya sadar bahwa anak itu sedang belajar, saya langsung terpikir untuk mengabadikannya dengan foto tersebut. Karena terburu-buru dan tak enak dilihat orang, saya memfotonya dengan kamera ponsel saya dan melakukannya secara cepat, sehingga hasilnya mungkin tidak terlalu bagus.

Namun di luar kualitas foto itu, saya ingin mengajak anda belajar sesuatu dari isi foto itu.

Semangat untuk belajar. Tidak seperti anak lain yang juga meminta-minta tak jauh dari posisinya, ia tampak sibuk menjawab buku latihan soal yang ia gunakan. Saya memastikan terlebih dahulu apakah benar itu adalah buku latihan soal pelajaran dengan mendekatinya, dan benar demikian. Ia sibuk mencari-cari jawaban dari soal di bukunya ketimbang meminta-minta dari orang yang lalu-lalang di depannya. Gelas tempatnya mengumpulkan uang dibiarkan begitu saja.

Kita mungkin seringkali menjadikan ketidaknyamanan sebagai alasan kita malas atau tidak mau belajar. Kita seperti membutuhkan kenyamanan penuh agar kita mau dan bisa belajar atau mengerjakan pekerjaan kita. Tapi lihatlah anak itu. Kenyamanan apa? Ketenangan apa? Mejapun tak ada. Kebisingan tak perlu ditanya. Angin malam dan asap kendaraan menerpa-nerpa. Tapi ia bisa dan mau, untuk belajar.

Di antara banyak anak-anak jalanan yang tampak putus asa dan mulai meninggalkan yang namanya belajar, masih ada anak seperti itu. Mungkin saja banyak yang lain seperti dia di luar sana. Saya percaya masih banyak anak-anak bangsa yang lapar akan pendidikan. Bahkan rasa lapar yang melebihi lapar yang dirasakan perut mereka. Yang mereka butuhkan adalah perhatian dari negara. Dan negara itu termasuk kita kawan, mereka butuh perhatian dari kita semua.

Jika saat ini tak ada yang bisa kau lakukan untuk anak seperti ini, hargailah waktumu. Setidaknya hargailah kesempatan berharga yang anda punya, kenyamanan yang anda punya untuk menuntut ilmu jauh dibandingkan anak ini. Jangan sia-siakan kesempatan yang anda punya dengan rasa malas. Anda tidak perlu belajar sambil meminta-minta bukan? Anda tak perlu belajar di jembatan bukan? Jangan bilang anda tak beruntung. Belajarlah mensyukuri fasilitas yang orangtua anda berikan.

Posting kali ini memang lebih saya tujukan bagi anda para pemuda yang masih menuntut ilmu. Semoga saja foto dan kata-kata saya dapat setidaknya sedikit merubah perilaku anda. Kita bisa belajar dari sekeliling kita, termasuk dari orang yang kita kesampingkan dan anggap remeh. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Sabtu, 10 Maret 2012

Air Tak Hanya Datang Dari Satu Akar

Pola pikir kita terbentuk dari berbagai macam sumber yang kita terima dalam benak kita. Ideologi-ideologi yang tersalur pada kita tersaring melalui kecocokan pada diri masing-masing. Sumbernya bisa bermacam-macam. Entah itu buku, tokoh, ormas, adat, dan lain sebagainya. Dan yang menjadi bisa berbahaya adalah ketika anda hanya melihat dari satu sudut pandang saja.

Pernahkah anda membaca sebuah buku yang berisi tentang pengajaran, entah tentang apa, lalu anda terpikat dengan tulisan tersebut lalu mejadi mengidolakannya? Ya, rasa suka dan pas terhadap sebuah pola pikir bisa berujung pada pengidolaan terhadap seorang tokoh ataupun suatu ajaran. Itu tidak salah. Mengidolakan seseorang tidaklah salah. Namun yang sering terjadi adalah, ketika ajaran ataupun dokma diterima secara blak-blakan dan terus menerus dihisap dan dierami, itu semua akan menjadi semacam pola pikir yang dominan bahkan menjadi jalan pikir seseorang.

Karena sudah menerima dari satu sumber tersebut maka seseorang hanya akan menggunakannya sebagai pola hidup dan berpikir. Semua aspek kehidupan hanya dilihat dari satu sisi yang diketahuinya saja, yang terkadang sangat terbatas. Tak jarang pemikiran tersebut dipandang sebagai idealismenya dan menjurus ke fanatisme. Ketika itu sudah terjadi maka akan sulit untuk bisa menerima ajaran dan pemikiran-pemikiran lain yang ada di luar.

Padahal yang perlu kita ingat adalah begitu banyak sumber yang bisa kita serap dan pakai dalam menjalin sebuah kehidupan harmonis bersama orang lain ataupun hubungan berbangsa. Dengan masyarakat yang sangat multikultural seperti di negara kita ini kita tidak bisa mengesampingkan pemikiran-pemikiran yang berbeda-beda yang ada di masyarakat. Justru dengan perbedaan-perbedaan yang ada maka seharusnya kita menjadi kaya karena menyerap begitu banyak pemikiran-pemikiran yang mungkin tidak bisa didapatkan oleh sebuah negara yang hanya terisi oleh satu-dua jenis ras ataupun kelompok masyarakat tertentu. 

Namun yang terjadi saat ini tidaklah demikian. Bukannya menyerap dulu ajaran ataupun pemikiran dari kelompok lain, kita malah mencari-cari kesalahan yang ada dari pihak lain. Ya, yang dicari-cari dari ajaran lain adalah kesalahannya. Seakan-akan ingin menjatuhkan semua pemikiran yang berbeda dengan milik kita dan hanya kita sajalah yang benar. Padahal menurut saya, setiap ajaran tentu saja memiliki kekurangan.

Tokoh-tokoh yang mewariskan ajaran mereka kepada kita hidup pada zaman yang berbeda dengan kita. Tentu saja ada perbedaan-perbedaan mendasar dalam kehidupan masyarakatnya dibanding dengan zaman kita. Selain itu negara serta kondisi bangsa dari tokoh-tokoh itu juga berbeda dari kita. Tidak bisa kita menyamakan kehidupan masyarakat dan lingkungan kita dengan mereka. 

Seraplah kata-kata mereka jika anda memang mengiyakannya, namun jangan hanya menyuap hanya dari satu jenis makanan saja. Kunyah dan telanlah juga pikiran-pikiran yang lain yang ada di dunia sehingga anda menjadi sehat dan kaya.

Seorang aktivis juga tidak bisa hanya menerima satu referensi saja dalam otaknya. Ia harus banyak membaca agar tahu semua ajaran dan mengambil sari-sari penting dari tiap-tiap pemikiran. Jika seseorang hanya berpedoman pada satu ajaran atau pemikiran saja, sama saja ia memakai kacamata kuda yang hanya bisa melihat ke depan tanpa melihat kanan-kirinya.

Jadilah pencuri. Curilah semua ajaran maupun pengetahuan sebanyak yang anda bisa agar anda bisa melihat dunia dalam persfektif yang luas. Seorang pencuri tidak akan peduli dengan barang-barang yang tak penting dan jelek. Ia hanya akan mencari barang-barang bagus dan berharga untuk dirinya. Maka ambilah semua informasi dan pengetahuan yang penting dan baik adanya agar anda menjadi kaya.

Terkadang doktrin dari orangtua, keluarga, ataupun lingkungan sekitar entah itu adat ataupun agama memenjarakan pikiran kita. Pemikiran menjadi sempit karena selalu membawa unsur kedaerahan atau keagamaan. Rasa sinis seperti telah diprogramkan pada otak kita sejak belia. Cobalah mulai sekarang pelajari adat-istiadat lain ataupun agama lain agar anda tahu seperti apa sebenarnya mereka. Jangan cari tahu dari lingkungan kita tapi pelajarilah langsung dari mereka yang memang berasal dari latar-belakang berbeda. Namun jangan pelajari dengan niat mencari kesalahannya, karena kalau seperti itu tidak ada gunanya dan semakin dangkallah anda..

Kita seringkali langsung menerima saja deskripsi kelompok lain dari kelompok kita tanpa mau secara langsung mengenal kelompok lain tersebut. Padahal tak jarang penjelasan dari kelompok kita itu salah dan cenderung sok tahu. Langsung mengiyakan doktrin dari kelompok kita membuat kita seringkali picik dan dangkal. Sejarah memang ada, tapi waktu terus berjalan dan tak berhenti hanya pada satu masa.

Jangan langsung mengiyakan sebuah perkataan hanya karena meyakinkan atau terdengar benar. Banyaklah membaca. Perbanyaklah teman dari latar-belakang yang berbeda. Keluarlah dari zona aman anda. Pelajarilah banyak ilmu sebisa anda. Jangan mudah terpancing provokasi tak mendasar. Jika anda melakukan itu semua, anda akan menjadi manusia yang dibutuhkan bangsa ini. Manusia yang cinta negerinya, bukan hanya cinta agama, suku, ras, atau kelompoknya saja.

Tak setuju dengan saya? Bagus, jangan langsung menerima sebuah perkataan adalah benar. Karena bagaimanapun juga, ini hanya opini saya. 

Kamis, 01 Maret 2012

Otak Balita

All men who have achieved great things have been great dreamers. - Orison Swett Marden

Saat saya masih kecil saya sangat senang berkhayal. Setiap kesempatan saya bermain pastilah saya berkhayal. Tentu saja anda semua pasti demikian di usia belia anda. Imajinasi kita begitu hidup. Tak ada yang membatasi angan-angan kita. Kita seperti memiliki dunia kita sendiri. Namun dengan bertambahnya usia, tidakah anda merasa bahwa imajinasi itu perlahan pudar?

Manusia memang dalam usianya yang telah dewasa atau lanjut tetap bermimpi, berangan-angan, ataupun berharap terhadap sesuatu. Namun dalam setiap pengembangan diri yang mereka lakukan, imajinasi itu perlahan tidak digunakan lagi karena berbagai macam alasan yang mengotak-ngotakan pikiran mereka.

Mereka yang telah cukup lama hidup di dunia akan terbawa dengan apa yang disebut realitas. Mereka membatasi otak mereka dengan kenyataan-kenyataan yang ada di dunia mereka. Angan-angan dan imajinasi mereka perlahan hilang dikarenakan pikiran yang mulai kaku. Berimajinasi dianggap hanyalah barangnya anak kecil atau muda saja. 

Menurut saya itu adalah kelemahan mereka generasi tua. Mereka terlalu membatasi diri. Semua hanya berjalan sesuai pada alur yang begitu-begitu saja. Penggunaan imajinasi sebagai sebuah alat untuk berkembang tidak lagi digunakan. Bahkan tak jarang imajinasi dan bayangan generasi muda dibatasi dengan doktrin-doktrin yang diberikan. Mereka menganggap apa yang sudah bertahan dan berjalan lama berarti sudah benar.

Perkembangan hanya bisa terjadi jika mereka mau berubah dan tahu ingin berubah seperti apa serta melakukannya. Kalau mereka tidak membayangkan sesuatu maka tidak ada bayangan yang diimpi-impikan. Khayalan-khayalan anak muda kadang hanya ditertawai dan menjadi gurauan saja. Dan mereka yang imajinasi serta khayalan mereka ditertawai lama kelamaan seperti merasa disadarkan dan menjadi realistis. Tapi apa sebenarnya realistis? Apa memang ada yang disebut realistis? Kalau iya kenapa banyak orang berkata 'tak ada yang tak mungkin di dunia ini' ? Seseorang yang berkata negara ini masih ada harapan namun dilain kesempatan berkata bahwa ia realistis? Bagaimana bisa?

Generasi tua terlalu banyak berteori. Dan lama-kelamaan ditularkan ke generasi muda. Mereka menganggap dengan usia yang lebih tua maka mereka merasa lebih tahu dengan dunia. Anda merasa itu benar? Kalau saya merasa tidak juga. Mengapa? Memang usia mereka lebih tua, namun zaman telah berubah. Zaman mereka tumbuh berbeda dengan zaman kita tumbuh. Dan kita berkembang di zaman yang jauh berbeda dengan mereka. Sesungguhnya kita sama saja dengan mereka, mereka mengetahui apa yang mereka ketahui di zaman mereka dan kita mengetahui apa yang ada di zaman kita. Siapa kira Obama bisa menjadi presiden AS padahal dia kulit hitam yang dahulu sangat tidak diterima oleh kulit putih disana? Itu semua karna zaman telah berubah dan tidak berhenti begitu saja.

Manusia berimajinasi untuk bisa terbang di udara. Maka ada di antara populasi manusia ini yang menghasilkan secara nyata imajinasi itu dengan menemukan pesawat. Apakah anda berpikir itu terjadi begitu saja? Tentu tidak. Seseorang bermimpi dan mengimajinasikan negaranya kembali menguasai Eropa dan sekitarnya, maka hiduplah seorang Hitler, sosok yang begitu ditakuti saat itu. Ada khayalan dan ada kemauan untuk menghasilkan sesuatu dari imajinasi itu. Masalah bagaimana dan dengan cara seperti apa imajinasi itu dituangkan, semua orang berhak memilih jalan mereka masing-masing. Bermimpi. Ya semua berasal dari mimpi kita.

Anda yang sampai usia remaja atau dewasa masih menyenangi film-film kartun atau animasi serta komik sebenarnya tak perlu malu. Justru hal-hal seperti itu sesungguhnya merangsang imajinasi kita. Kita dibawa berkhayal dengan cerita-cerita mustahil tersebut. Otak kita menjadi tidak terbawa oleh pikiran-pikiran kaku yang membosankan. Tidakah anda merasa demikian? Namun seringkali mereka yang masih menggemari hal-hal seperti itu ditertawai dan dianggap anak kecil. Padahal menurut saya tak ada hubungannya sama sekali. Mereka adalah orang-orang bebas yang dengan leluasa menikmati imajinasi mereka yang begitu luas. Sejujurnya hidup mereka begitu indah karena tak ada batasan-batasn dalam pemikiran mereka.

Bukan berarti saya mengajak anda semua bertingkah seperti anak kecil terus-menerus. Imajinasi seorang anak balita lah yang perlu kita pertahankan. Mereka dengan bebasnya melihat segala sesuatu dari segala sudut pandang. Tak ada kata benar atau salah di benak mereka. Yang mereka pikirkan hanyalah berimajinasi sejauh yang mereka mau. Dan kita yang telah mampu melakukan apa yang kita mau diberi kekuatan untuk membuat nyata imajinasi itu. 

Toh sampai saat ini tak ada yang mengenakan biaya untuk anda berimajinasi. Karena itu jangan berhenti untuk bermimpi, imajinasikan keinginan anda. Tentu saja jangan hanya hal yang bertentangan dengan norma sosial saja yang anda bayangkan. Meski saya merasa di negara ini mereka yang menggunakan imajinasi mereka dengan baik adalah para palaku kriminal. Kenapa? Karena mereka dengan fleksibel memikirkan keinginan mereka dan mengimajinasikannya, lalu melakukannya. Mereka yang mengatur jalannya negara ini terlalu kaku dan berkepentingan sehingga mereka tidak tahu lagi harus apa karena impian dan bayangan mereka telah pudar. Orang yang memiliki imajinasi tinggi akan mengalahkan dan selangkah lebih maju dibanding mereka yang hanya berkutat pada peraturan dan doktrin-doktrin kaku yang bahkan tidak tahu mana yang benar dan salah.

Sekarang ini sudah banyak sekali generasi muda yang ikut-ikutan berpikiran kaku. Saya ingin mengatakan bahwa janganlah terlalu terbawa oleh pemikiran-pemikiran yang terlihat tegas dan benar. Lihatlah dari semua sudut pandang yang ada di dunia ini. Karena menurut saya itulah enaknya menjadi orang muda. Kita bisa bebas melihat dunia ini. Jangan sia-siakan usia muda anda dengan menjadi orang yang kaku. Santailah sejenak dan banyaklah mencari referensi. Imajinasikan angan-angan anda dan jangan hapus mimpi anda.

Einstein juga mengiyakan betapa imajinasi itu lebih penting dibanding pengetahuan yang anda punya. Jadi untuk apa membatasi imajinasi anda? Jika negara ini mau berubah maka negara ini membutuhkan generasi muda yang masih berani berimajinasi untuk memperbaiki apa yang sudah ada. negara tidak butuh lagi tambahan orang-orang yang putus asa terhadap negara sendiri. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.