Kamis, 21 Februari 2013

JANGAN KAU TANYA


Sebuah Cerpen
M

asih terasa sentuhan itu. Yang lembut membawa sejuta kasih nan berirama. Masih tercium wewangian itu di kain lapuk ini. Yang pudar dibawa ke jalan-jalan yang ditapaki. Tangan ini masih bertanya mana yang ingin digenggamnya. Sebuah kelembutan yang menenangkan sukma, atau kasarnya kayu panjang yang terus bernoda kata mereka.

Bernoda? Tidak-tidak. Tidak serendah itu! Aku tidak terima mereka menertawakan sahabatku ini yang selalu dengan setia kuangkat tinggi-tinggi ketika jeritan dan tangisan memanggil langkahku kembali ke aspal ini. Jangan kau samakan tongkat ini seperti para menteri korup yang hanya bisa menjadi tongkat lapuk tanpa pantas diikatkan bendera Merah Putih di batang jiwanya. Ini bukan sekedar tongkat. Bukan kayu yang mudah lapuk seperti semangat mereka yang putus asa akan perubahan pada pemikiran kolot wakil rakyat. Di kayu ini sebuah panji kebanggaan selalu kuikatkan kencang-kencang. Bendera, lambang, panji, apa pun kau menyebutnya, selalu dengan riang mengepak-ngepakkan sayapnya di udara seraya aku dengan mantab menggunakan otot-otot tak terlatihku untuk mengangat tongkat sahabatku.

Sabtu, 16 Februari 2013

Timang-timang Partai dan Dapur Yang Rusak

Masih segar di ingatan saya saat kita ingin menyongsong tahun 2013 presiden SBY menjanjikan para menteri tetap profesional dalam pekerjaan masing-masing di sisa masa jabatan mereka sampai 2014. Begitu mantab diucapkan bahwa para menteri dan jajarannya dihimbau untuk tetap fokus dalam pekerjaan mengatur negara dan tidak terpengaruh dalam persiapan masing-masing partai meyongsong persiapan Pemilu tahun 2014. Namun tampaknya yang diharuskan untuk tetap fokus pada pekerjaan mengatur negara hanyalah menterinya saja. Presiden?