Sabtu, 14 Juli 2012

Bolongnya Dua Belas Muka

Siapa yang golput di antara anda? Tak perlu menjawab kalau anda warga luar Jakarta. Karna yang akan saya bicarakan saat ini adalah Pemilukada DKI Jakarta yang putaran pertamanya telah kita lakukan beberapa waktu yang lalu. Siapa yang anda pilih?

Saya pilih kumis! Saya pilih kotak-kotak! Saya pilih independen! Saya pilih ini! Saya pilih itu! Semua orang boleh dan punya hak untuk memilih pilihan mereka masing-masing. Calon yang ada sampai 6 pilihan itu adalah harapan warga Jakarta untuk periode berikutnya, walaupun banyak yang tidak menggantungkan harapan apa-apa kepada para calon.

Kalau masalah perubahan yang bisa mereka lakukan, jangan banyak atau terlalu tinggi berekspektasi. Perubahan itu butuh proses dan tinggal bagaimana proses itu dilakukan secara cepat atau tidak, bertanggungjawab atau seenaknya, atau jalan begitu saja tanpa ada perbedaan yang berarti. kita akan lihat proses itu pada 5 tahun masa bakti gubernur yang terpilih nanti.

Pemilukada kali ini menempatkan 2 pasangan calon independen yang maju sebagai cagub dan cawagub. Ini sangat menarik karna mereka menjadi bumbu yang berbeda dari pemilukada sebelumnya. Pasangan Faisal Basri - Biem Benyamin dan Hendardji Soepandji - Ahmad Riza Patria menjadi warna tersendiri di pemilukada kali ini.

Dalam quick count yang telah dilakukan, pasangan Jokowi-Ahok berada di urutan pertama diikuti oleh pasangan Foke-Nara. Hasil yang diluar dugaan ini tentu saja menjadi pembicaraan banyak pihak sampai dengan putaran kedua nantinya. Para pemilih calon lainnya yang telah kalah akan menjadi sorotan karena menarik melihat kemana suara mereka akan berlabuh.

Melihat Jokowi berhasil mengungguli Foke dalam putaran pertama, banyak yang mengatakan memang sekarang sudah bukan masanya lagi memilih pemimpin yang berasal dari daerah asli (Betawi). Namun kalau diperhatikan lagi itu juga bisa saja terjadi karena penduduk Jakarta paling tinggi saat ini berasal dari etnis Jawa. Jadi kekuatan suara yang dimiliki Jokowi juga bisa dikaitkan dengan hal itu kalau kita berbicara etnis atau suku disini. 

Namun masalah itu sebetulnya tak perlu lagi dipusingkan. Mengenai Jokowi yang bahkan adalah walikota Solo dan bukan warga Jakarta, sebenarnya tak perlu kita gubris masalah dia Jawa atau tidak dan tak perlu juga dikaitkan itu sebagai alasan mereka menang.

Dalam pemilukada kali ini sangat jelas bahwa ada 2 pasangan yang berhasil membangun image atau trademark masing-masing di mata masyarakat Jakarta. Keduanya pun masuk sebagai wakil di putaran kedua. Foke dengan kumisnya, dan Jokowi dengan baju kotak-kotaknya.

Untuk Foke, selain karna image 'Bang Kumis' yang telah melekat sejak ia menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, faktor kampanye lawan juga turut serta menguatkan sosok kumisnya itu. Dengan semakin seringnya ia disebut dan dijuluki, maka itu akan cukup membantu masyarakat melekatkan sosok kumis di dalam otak mereka.

Apalagi ada salah satu lawan dalam pemilukada kemarin yang dengan tersirat menyindir Jakarta dengan kata 'Berkumis'. Selain itu di iklan-iklan kampanyenya, Foke juga menonjolkan 'kumis' sebagai senjata untuk menarik perhatian warga. Bisa dikatakan pada pemilu kemarin para calon fokus untuk melawan kedigdayaan 'Si Kumis'yang telah melekat di otak para masyarakat.

Kampanye yang baik salah satunya adalah membuat orang mudah untuk mengingat akan ciri atau kekhususan dari yang dikampanyekan. Jokowi sukses dengan baju kotak-kotaknya. Baju kotak-kotaknya begitu melekat di benak masyarakat. Sampai kalau ada orang yang memakai baju kotak-kotak warna merah, kita bisa langsung menjudge orang itu adalah pendukung Jokowi. Mungkin itu hanya hal kecil, namun justru hal kecil semacam itu yang menunjukkan keberhasilan tim kampanyenya menempelkan ingatan akan Jokowi-Ahok di benak masyarakat.

Dengan trademark yang telah berhasil dimunculkan maka selanjutnya masyarakat akan mulai mencari tahu tentang informasi seputar si cagub dan cawagub yang telah mereka kenal. Karena itulah mengapa Jokowi-Ahok bisa dikatakan melakukan kampanye yang berhasil.

Tim sukses Jokowi juga sangat intens menginformasikan keberhasilan-keberhasilan yang telah dilakuakan Jokowi dalam karirnya terutama sebagai walikota Solo. Tentu saja untuk mereka kaum awam yang tidak tahu informasi apa-apa akan dengan mudah bersimpati jika terus dicekoki keberhasilan-keberhasilan sosok Jokowi.

Sesungguhnya pasangan Faisal-Biem juga sangat menarik. Mereka yang berasal dari jalur independen juga berusaha membangun image di mata masyarakat dengan busana mereka. Selalu mengenakan kemeja warna putih yang lengannya selalu dilipat, mereka berusaha menunjukkan arti 'Berdaya bareng-bareng' yang mereka gembor-gemborkan. Tapi tentu saja dengan jalur independen yang mereka pilih, besar dan intensitas kampanye yang bisa mereka lakukan lebih terbatas dibanding calon lainnya yang disokong oleh partai-partai politik. 

Ada hal unik yang pasangan Faisal-Biem lakukan dalam kampanye mereka. Pasangan itu meminta uang dari rakyat ataupun saweran dari masyarakat untuk kampanye mereka. Mereka mengatakan bahwa itu untuk menunjukkan bahwa mereka berhutangnya adalah kepada rakyat.

Namun majunya Faisal Basri bisa saja membuka pintu baru dan menjadi motivasi bagi mereka yang ingin maju ke pemerintahan dengan cara independen. Mereka menunjukkan bahwa ada cara untuk mengabdi ke masyarakat tanpa harus melalui partai politik. Kalau saja mereka sukses di pemilukada kali ini, mungkin saja peta perpolitikan di tanah air bisa berubah. Dan bukan tidak mungkin di beberapa tahun kedepan, mereka dari jalur independen seperti ini bisa lebih kuat pengaruhnya dibanding saat ini. 

Putaran kedua nanti akan sangat menarik untuk diikuti. Kalau tak mau kalah, tim sukses Foke harus melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk mencuri hati terutama mereka yang calonnya telah gugur. Juga bagaimana Jokowi bisa menarik mereka yang akan menjadi galau karena calon yang ada telah mengkerucut menjadi dua saja. 

Mereka tak boleh hanya berharap pada penilaian dan kepercayaan dari masyarakat atas kinerja yang telah Foke lakukan selama ini. Keberhasilan yang telah dilakukan Foke harus lebih dinaikkan ke publik jika mereka memang ingin menang terhadap anggapan negatif mereka yang pada putaran pertama tak memilih Foke. Gelar Gubernur terdahulu tak akan cukup untuk menarik perhatian masyarakat karena lawannya pun sangat menggemborkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dilakukan dan menjadikan itu sebagai senjata ampuh untuk menarik perhatian warga masyarakat.

Pilihlah dia yang anda rasa bisa memimpin dan bekerja dengan baik. Bukan mereka yang satu etnis dengan anda, satu agama, satu golongan, atau mungkin satu almamater. Jangan memilih hanya karena ikatan kekerabatan. Kalau kita masih terbatas hanya akan hal-hal seperti itu berarti kita masih saja dengan budaya lama yang kedaerahan, yang sangat tidak cocok bagi kemajemukan kota Jakarta.

Pilihlah dia yang bisa memimpin dan bisa bekerja. Jangan pisahkan kedua hal itu. Seorang pemimpin harus bisa dan tahu bagaimana caranya memimpin. Memimpin kota Jakarta berarti memimpin sebuah Indonesia kecil yang sangat padat. Ketegasan dan sikap wibawa seorang pemimpin yang bisa dihormati dan disegani dibutuhkan oleh kita, karena itulah bisa bekerja saja tidak cukup. 

Hanya bisa bekerja dengan baik pun tidaklah cukup kalau ia bukanlah seorang pemimpin seperti yang saya uraikan di atas. Seorang pemimpin berbeda dengan pekerja biasa yang bisa bekerja dengan baik dan benar. Apakah calon anda nanti paling mendekati kriteria tersebut?

Gubernur nanti haruslah menjaga seluruh kepentingan masyarakat tanpa perlu mendahulukan golongan-golongan tertentu. Tentu saja pembangunan yang dibuat tak akan indah tanpa diselaraskan dengan peningkatan kualitas hidup manusia di Jakarta. Jadikan kota ini bukan hanya maju saja, namun juga memiliki kualitas hidup.

Saya harap anda semua yang membaca posting ini memakai hak suara anda. Turutlah berpartisipasi dalam pesta demokrasi ini. Jangan pikirkan mengenai suara anda namun jadikan pemilu ini sebagai partisipasi anda dalam membangun daerah ibu kota ini. Jangan berharap dan meminta banyak jika anda saja tak mau turut serta dalam proses hasil yang anda harapkan. Coblos dan mari bersama melihat siapa yang nantinya akan menjadi Abangnya Jakarta di 5 tahun berikutnya. Sekali lagi, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.