Kampus UI sering dibilang
sebagai sebuah miniatur Indonesia. Namun, Bapak-Ibu yang Terhormat, Indonesia
yang saya tahu dan impikan sampai sekarang adalah sebuah negara yang penuh akan
toleransi. Salah satu unsur dari toleransi yang saya yakini selama ini adalah
adanya pengakuan akan adanya perbedaan. Hal ini tidak saya temukan di
salah satu program yang Bapak-Ibu, selaku pemangku kebijakan kampus, wajibkan
kepada semua mahasiswa baru UI tahun 2015 yang sedang kita sambut. Bapak-Ibu
yang terhormat mewajibkan semua mahasiswa baru untuk ikut serta di pembukaan
dan penutupan acara MTQ Mahasiswa Nasional XIV Tahun 2015 di kampus Universitas
Indonesia sebagai bagian dari Kamaba. Akan tetapi, lagi-lagi Bapak-Ibu yang
Terhormat, tidak semua mahasiswa baru kita adalah umat Islam. Ada dari mereka yang
beragama Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, maupun Konghucu. Atas dasar apa
mereka semua yang berbeda ini diwajibkan (atau kalau bisa disebut dikomandokan)
untuk ikut serta dalam acara MTQ yang merupakan acara bernuansa Islami
tersebut. Hal seperti ini sama sekali tidak mencerminkan negara dan bangsa
Indonesia yang kita cintai. Seharusnya kampus seperti UI sadar akan hal ini.
Nama saya Edbert Gani
Suryahudaya, UI 2012, mahasiswa biasa dari kampus kita tercinta Bapak-Ibu. Saya
tidak ingin membiarkan surat ini menjadi surat kaleng semata. Saya sebutkan
nama saya dengan jelas. Alangkah baiknya apabila Bapak-Ibu, atau rekan-rekan
lainnya, juga dapat secara terbuka membantu saya untuk memberikan kejelasan
atas dasar apa hal yang telah disebutkan di atas dilakukan. Apakah hanya
masalah kuota pengunjung yang ditargetkan? Lupa bahwa ternyata tidak semua
mahasiswa baru beragama Islam? Atau apa? Semoga kegelisahan ini bisa terjawab
dengan cepat dan imajinasi buruk yang mulai tercipta dalam benak bisa langsung
terhapuskan. Surat ini saya tulis berdasarkan inisiatif saya sendiri tanpa
membawa nama kelompok manapun.
Saya
sebenarnya bingung kemana surat ini harus saya sampaikan. Ingin sekali surat
ini langsung saya sampaikan ke tangan Bapak-Ibu. Tapi saya tahu di tengah
kesibukan Bapak-Ibu, dan sedang berjalannya acara yang disebutkan di atas,
surat semacam ini tidak akan berarti apa. Karena itu lebih baik saya bagikan ke
teman-teman yang lain agar berartilah suara saya.
Catatan: Pertanyaan maupun
kegelisahan saya di atas tidak mengurangi apresiasi saya kepada teman-teman
satu fakultas dan yang lainnya yang sedang bertanding di MTQ. Semoga kerjakeras
teman-teman sekalian bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Kepal
jari jadi tinju! UI UI kampusku! Bersatu almamaterku! UI!