Kisah sejarah
layaknya kepingan puzzle yang perlu
untuk dirangkai satu persatu untuk menjadi sebuah gambaran indah yang sambung
menyambung. Dalam mengaitkannya satu-persatu akan sering terjadi salah pasang
karena konsepsi yang keliru. Panorama maupun tokoh yang ingin digambarkan
menjadi seringkali buruk rupanya karena rangkaian yang salah, ataupun bolong
dengan pecahan yang tak terpasang atau hilang. Tugas kitalah para pewaris
sejarah untuk menyusun kepingan-kepingan tersebut dan belajar darinya.
Tak
cukup hanya mendengar dari dalam kelas selama waktu wajib belajar saja. Tak
cukup hanya mendengar dari cerita tidur para orangtua. Tak cukup pula mendengar
cerita yang hanya berhenti pada subjudulnya semata. Kita punya banyak waktu
untuk menggali sejarah itu. Kita sudah punya banyak cangkul dan sekop untuk
menggali itu semua. Buku bisa membawa kita jauh ke bawah tanah, sejarah yang
telah tertimbun oleh zaman.