Susan
Stokes mengatakan bahwa berbicara tentang politik berarti berbicara tentang
distribusi sumber daya yang ada. Untuk bisa mendapatkan distribusi tersebut pada
kenyataannya memang tidak mudah. Akan tetapi bisa dikatakan pengertian seperti
demikianlah yang nampaknya masih bisa memberikan optimisme bagi perkembangan
ilmu politik ke depannya. Ketika kita mengatakan tentang aliran sumber daya
berarti ada ruang perjuangan yang bisa kita isi. Sebuah alternatif selalu dibutuhkan
bila ingin keluar dari pengaruh dominan pihak yang berkuasa agar bisa mendapatkan
akses terhadap sumber daya. Terkait hal ini nampaknya Indonesia masih perlu
belajar banyak. Begitu banyak kelompok masyarakat yang sebenarnya memiliki
kepentingan akan distribusi sumber daya, namun tidak berakhir dengan sebuah
perjuangan yang tepat. Berkaca kepada kondisi negara lain selalu dapat menjadi
pelajaran yang baik. Amerika Latin adalah contoh yang baik dalam hal perjuangan
itu.
Gerakan Zapatista dari daerah
Chiapas, Meksiko, adalah salah satu contoh dari perjuangan masyarakat adat di
Amerika Latin untuk melawan sistem kapitalisme neoliberal. Ketimpangan sosial
yang menjadi dampak dari sistem tersebut telah menghinggapi masyarakat adat di
Chiapas. Kondisi ini yang membuat gerakan Zapatista melihat perlunya
alternative politik bagi mereka agar bisa bertahan dari tekanan globalisasi
yang sedang terjadi. Di saat negara berusaha menyatu dengan sistem kapitalisme
dunia, gerakan Zapatista berusaha memperjuangkan otonomi atas kehidupan
masyarakat adat di daerahnya yang tertinggal jauh dari dampak positif seperti
telah dijanjikan ekonomi kapitalisme.
Richard
Stahler-Sholk dalam tulisannya menjelaskan gerakan Zapatista sebagai sebuah
gerakan sosial yang memiliki berbagai sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan sebuah perlawanan yang besar. Ada beberapa lapis kekuatan yang
menjadi modal penting Zapatista untuk bisa bertahan sampai dengan saat ini.
Yang pertama adalah kekuatan bersenjata dari EZLN (Ejercito Zapatista de Liberation National). Tidak dipungkiri
kekuatan bersenjata ini menjadi modal penting karena membuat perlawanan mereka
tidak dengan mudah bisa dipatahkan oleh negara, atau dalam hal ini militer.
Kedua, gerakan Zapatista memiliki jaringan yang luas dengan pihak yang
mendukung mereka baik di tingkat nasional atau internasiona. Lapis ketiganya
adalah dukungan masyarakat adat di berbagai zona konflik di Chiapas.[2]
Penanda
kemunculan dari gerakan Zapatista sampai akhirnya dikenal secara nasional
bahkan internasional terjadi pada tahun 1994. Pada tanggal 1 Januari tahun
tersebut gerakan Zapatista bergerak menuju ke San Cristobal de las Casas di
Chiapas, Meksiko. Mereka lalu menduduki San Cristobal dan enam kota lainnya di
negara bagian tersebut.[3]
Kedatangan beribu-ribu Zapatista itu langsung menarik perhatian dan menjadi
momen yang penting untuk menunjukkan keberadaan gerakan ini ke negara. Sejak
momen tahun 1994 itu gerakan Zapatista menempatkan diri mereka, atau mungkin
ditempatkan, sebagai simbol sekaligus motor pergerakan masyarakat adat di
Meksiko maupun Amerika Latin.
Gemma van der Haar dalam artikelnya
menyebutkan bahwa momen perlawanan yang dilakukan oleh Zapatista di atas itu
ternyata tidak diawalai oleh niatan untuk membangun simbolisasi sebagai
pelindung hak masyarakat adat. Karakter Zapatista seperti itu lahir karena
proses panjang bertahun-tahun setelah peristiwa itu terjadi. Gerakan itu
melakukan berbagai kegiatan atau perlawanan untuk mendorong otonomi dan
penegakan hak masyarakat adat sehingga mereka bisa ditempatkan secara simbolis
seperti itu. Gemma van der Haar dalam tulisannya juga menuliskan bahwa gerakan
Zapatista memiliki andil besar dalam memasukkan isu hak masyarakat adat ke
dalam diskursus kebijakan dan politik di Meksiko. Hal ini sangat penting karena
sebelumnya negara dan masyarakat pada umumnya tidak terlalu memperdulikan
mengenai isu tersebut. Negara Meksiko terlalu sibuk dengan hingar-bingar ingin
menjadi masyarakat kelas ‘dunia pertama’ karena langkah mereka di NAFTA.[4]
Pendudukan yang dilakukan pada tahun
1994 itu diikuti oleh benturan dengan pihak militer Meksiko dalam jangka waktu
12 hari sebelum akhirnya diadakan gencatan senjata. Tekanan yang sempat
diberikan oleh pihak militer dalam 12 hari itu telah menelan korban yang tidak
sedikit. Grace Livingstone mencatat ada setidaknya lebih dari dua ratus orang
meninggal dunia karena pemboman dan serangan-serangan lain dari pihak militer.
Setela gencatan senjata terjadi, gerakan Zapatista tetap tinggal di pos-pos
mereka dengan tetap bersenjata. Akan tetapi yang menarik dari tulisan
Livingstone adalah bahwa pendapatnya yang mengatakan gerakan Zapatista tidak
menitikberatkan pada konfrontasi militer. Meskipun mempersenjatai diri dengan
kekuatan bersenjata dalam wujud EZLN, gerakan Zapatista sesungguhnya ingin
mencapai tujuan dengan cara-cara perundingan dan negosiasi damai dengan pihak
pemerintah. Sehingga secara sederhana gerakan ini memang berniat untuk
menaikkan kesadaran Meskiko akan hak masyarakat adat, ketimbang berniat untuk
mendapatkan kekuasaan.[5]
Setelah gencatan senjata terjadi,
pencapaian yang berhasil dicapai oleh perlawanan Zapatista adalah diadakannya
Persetujuan San Andres. Persetujuan ini ditempatkan sebagai sebuah pencapaian
karena pada akhirnya negara mau untuk memberikan pernyataan untuk memberikan
perhatian lebih kepada hak-hak masyarakat adat yang selama ini bahkan sama
sekali tidak diperhatikan sama sekali. Gemma van der Haar menyebutkan bahwa
setelah gencatan senjata terjadi, Zapatista memang berfokus untuk
memperjuangkan tujuan mereka dengan cara-cara yang lebih politis ketimbang
menggunakan kekerasan. Dalam persetujuan yang dilakukan pada tanggal 16 Februari
1996 tersebut ada beberapa poin penting yang berhasil dicapai. Gerakan
Zapatista menyerahkan kepercayaan kepada pemerintah untuk menjamin adanya
pengakuan atas hak-hak masyarakat adat di organisasi politik maupun sosial,
pemilu untuk pejabat lokal, keadilan dalam hal administratif, manajemen sumber
daya alam, kepemilikan atas tanah dan pembangunan budaya.[6]
Persetujuan San Andres ini di satu
sisi memang bisa dilihat sebagai pencapaian dari gerakan Zapatista ini. Hal ini
karena untuk pertama kalinya pemerintah Meksiko mau berniat memberikan
perhatian lebih kepada masyarakat adat. Poin-poin yang ada di persetujuan
tersebut, seperti disebutkan di atas, juga memang menyentuh
permasalahan-permasalahan penting yang menghinggapi masyarakat adat setelah kapitalisme
global masuk ke Meksiko. Akan tetapi setelah persetujuan itu dilakukan
pemerintah tidak serta merta melakukan peruahan seperti yang telah dituntut.
Pergantian-pergantian kepemimpinan di pemerintahan pusat Meskiko menjadi salah
satu hal yang terihat jelas mempengaruhi perubahan sikap terhadap gerakan
Zapatista. Harapan untuk terwujudnya poin-poin yang ada di dalam Persetujuan
San Andres tidak terjadi karena hubungan antara Zapatista dengan negara kembali
berupa konfrontasi atau kekerasan. Negara di bawah kepemimpinan yang baru tidak
berniat untuk menyetujui atau mengakomodir berbagai kepentingan yang telah
diajukan Zapatista. Tidak terjadinya akomodasi ini yang menyebabkan perjuangan
Zapatista terus berlanjut.
Dalam tulisannya yang berjudul Resisting Neoliberal Homogenization: The
Zapatista Autonomy Movement, Richard Stahler-Sholk menjelaskan bila ingin
dipisahkan dalam periodesasi, berjuangan Zapatista dapat dibagi menjadi tiga
tahap. Tahap pertama terjadi pada Desember 1994 ketika pemerintah mulai
mengerahkan tenaga militernya ke titik-titik yang dikuasai oleh Zapatista. Hal
ini direspon oleh Zapatista dengan perlawanan di sekitar 35 titik kota. Tahap
kedua menurut Stahler-Sholk terjadi setelah Persetujuan San Andres telah
terjadi pada 1996. Mulai bulan Oktober 1996, mengikuti isi persetujuan
tersebut, Zapatista memboikot pemilihan kepala daerah dan tidak mengakui
beberapa pejabat yang telah terpilih sebelumnya, serta memilih untuk
menggantinya lewat pemilihan lewat majelis masyarakat. Tahap
ketiga terjadi setelah 1997, dimana pemerintah telah dengan jelas tidak
mengikuti hasil Persetujuan San Andreas. Karena tidak konsistennya pemerintah, gerakan
Zapatista memberlakukan otonomi daerah secara de facto atau sepihak, dan juga mengusir aparat pemerintahan yang
ada di daerah tersebut.[7]
Pemerintahan otonomi langsung
diberlakukan oleh Zapatista tanpa menunggu persetujuan dari pemerintah pusat.
Hal ini memang akan terus memancing relasi yang antagonistik antara pemerintah
pusat dengan Zapatista. Akan tetapi kita perlu melihat dan menempatkan
pemerintahan otonomi sepihak oleh gerakan Zapatista ini sebagai sebuah bentuk
perlawanan atas tidak diakomodirnya kepentingan mereka. Perlawanan seperti ini
sebenarnya bisa dikatakan efektif karena mereka juga membangun legitimasi dari
masyarakat lokal. Dalam beberapa referensi yang say abaca gerakan ini menyuplai
masyarakat Chiapas dengan pelayanan-pelayanan sosial, meskipun dengan skala
yang tidak besar, untuk membantu mereka yang tidak terjamah oleh pemerintah
pusat. Konsep pengambilan hati masyarakat oleh kelompok masyarakat adat seperti
ini bukan satu-satunya. Di Myanmar pola yang sama dilakukan oleh gerakan
masyarakat adat Kachin untuk melawan opresi dari pemerintah pusat.
Dapat kita lihat dengan jelas bahwa perjuangan
bersenjata maupun politik dilakukan oleh Zapatista untuk mendapatkan otonomi.
Akan tetapi perjuangan mendapatkan otonomi ini tidak bisa kita sama artikan
dengan usaha untuk memisahkan diri dengan negara Meksiko. Perjuangan masyarakat
adat Meksiko ini sebenarnya menekankan kepada usaha untuk mendapatkan
kesempatan yang sama dengan berbagai gerakan masyarakat lainnya Berbicara
tentang politik memang berbicara tentang bagaimana akses terhadap distribusi
sumber daya. Sejalan dengan hal ini, Mariana Mora berpendapat bahwa Zapatista
menginginkan keterlibatan mereka dalam manajemen sumber daya yang ada di
Chiapas.[8]
Hal ini agar masyarakat adat bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk
bersaing dengan berbagai gerakan lainnya di dalam masyarakat dalam kapitalisme
global yang telah masuk di Meksiko sejak 1980. Dan cara satu-satunya yang bisa
memungkinkan hal itu untuk tercipta adalah dengan dierlakukannya otonomi kepada
masyarakat adat.
Perjuangan bertahun-tahun yang
dilakukan oleh Zapatista menggunakan cara-cara gerilya. Telah dikatakan dalam
awal tulisan ini bahwa gerakan ini sebenarnya tidak berfokus pada perlawanan
bersenjata. Mereka mencoba jalur-jalur politik dengan berbagai perundingan
dengan pihak pemerintah seperti halnya yang terjadi pada tahun 1996. Akan
tetapi respon negatif dari pemerintah memang membuat mereka juga turut
melakukan berbagai aksi perlawanan bersenjata. Sebelumnya juga telah dikatakan
bahwa salah satu modal dari Zapatista adalah jaringan mereka. Sehingga di luar
usaha perundingan, mereka juga terlebih dahulu membangun dukungan dengan
kampanye-kampanye yang disebar ke masyarakat luas.
Kampanye-kampanye
di atas dijelaskan oleh Mariana Mora dalam tulisannya yang berjudul Zapatista
Anticapitalist Politics and the "Other Campaign": Learning from the
Struggle for Indigenous Rights and Autonomy. Dalam tulisannya tersebut Mora menyebutkan usaha
dari pemimpin Zapatista, Subcomandante Marcos, untuk berkeliling ke berbagai
daerah di Meksiko yang diisi oleh kelas-kelas masyarakat yang tertinggal
seperti halnya petani. Kampanye ini dicatat oleh Mora dilakukan setelah tahap
pertama perjuangan Zapatista, atau setelah tahun 1996, selama berbulan-bulan. Hal ini memiliki nilai penting bagi perjuangan
Zapatista karena dengan cara itu mereka bisa membangun wacana yang sama dengan
berbagai organisasi buruh, petani, dan perempuan untuk membentuk sebuah
perjuangan kontra-hegemonik terhadap kapitalisme global yang telah masuk di
Meksiko.[9]
Saya
melihat hasil dari usaha kampanye di atas adalah salah satu pencapaian yang
perlu untuk digarisbawahi dari perjuangan Zapatista. Pembangunan opini publik
sangat penting dalam sebuah gerakan sosial. Dukungan masyarakat luas terhadap
gerakan tersebut diperlukan agar keberlangsungannya bisa bertahan lama. Tanpa usaha
mereka untuk tampil maka masyarakat Meksiko tidak akan membuka mata terhadap
hak-hak masyarakat adat. Selain dukungan masyarakat itu, hal yang membuat
gerakan Zapatista ini bisa menjadi kuat adalah bersatunya ia dengan
gerakan-gerakan yang lain. Seperti yang telah disebutkan di atas, kelompok
Zapatista membangun sebuah jaringan dengan berbagai kelompok marginal lainnya
di Meksiko seperti gerakan buruh dan gerakan perempuan. Bersatunya
gerakan-gerakan ini menjadi satu buah gerakan yang besar dapat dikatakan
memiliki daya tawar yang lebih dibandingkan dengan mereka bergerak secara
sendiri-sendiri.
Dari berbagai penjabaran di atas,
ada beberapa poin kesimpulan yang dapat kita tarik dari gerakan Zapatista ini.
Pertama, gerakan Zapatista muncul karena adanya ketimpangan, baik sosial maupun
politik yang dirasakan oleh masyarakat adat di daerah Chiapas. Mereka merasa
perlu adanya alternatif politik dari sistem kapitalisme global yang telah
membuat banyak privatisasi berjalan sehingga berdampak pada kalahnya kelompok
mereka untuk bersaing. Sehingga mereka berusaha untuk memperjuangkan otonomi
agar bisa mendapat kesempatan yang sama untuk berjuang di kondisi yang ada saat
ini.
Kedua,
bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh Zapatista antara lain adalah gerakan
bersenjata lewat EZLN dan menduduki beberapa titik penting. Perjuangan
bersenjata ini dilakukan dengan gerilya dan berlangsung lama. Gencatan senjata
sempat terjadi dengan adanya Persetujuan San Andreas. Akan tetapi tidak
konsistennya pemerintah Meksiko atas perjanjian itu membuat perlawanan
bersenjata terus dilakukan oleh Zapatista. Akan tetapi di luar hal itu saya
melihat perlawanan bersenjata ini menjadi salah satu daya tawar dari gerakan
ini di mata pemerintah karena membuat mereka sulit untuk dilenyapkan. Selain
perlawanan bersenjata gerakan ini sebenarnya lebih berfokus dalam cara-cara
politik dengan berbagai perundingan dan diplomasi. Beberapa sumber juga
mengatakan bahwa gerakan ini memang bersenjata, namun tidak menggunakan senjata
tersebut sebagai prioritas utama. Hal ini penting untuk dicatat karena mereka
bukanlah gerakan separatis, melainkan hanya menuntut hak otonomi. Perlawanan
yang ketiga adalah pembentukan pemerintahan otonomi secara de facto tanpa menggubris pemerintah pusat. Ini adalah simbol
bagaimana mereka ingin membangun kontra-hegemonik atas sistem kapitalisme
global yang telah merasuk di Meksiko. Otonomi ini juga dilakukan karena
pemerintah tidak mengindahkan perundingan yang telah dilakukan sebelumnya.
Bentuk terakhir adalah kampanye sekaligus pembangunan jaringan yang dilakukan
kepada berbagai organisasi dan kelompok masyarakat marginal lainnya di Meksiko.
Tindakan ini membuat gerakan mereka mendapat dukungan yang kuat dan bisa
bertahan lama.
Pencapaian
penting yang telah didapat oleh gerakan Zapatista sebenarnya telah dimulai
sejak Persetujuan San Andres. Bila kita tidak membicarakan bagaimana
keberlanjutan persetujuan itu, maka sebenarnya mereka telah berhasil menaikkan
isu hak-hak dan ketimpangan yang terjadi di masyarakat adat Meksiko. Tanpa
mereka, isu tersebut mungkin masih tenggelam dan tidak ada usaha yang kongkret
untuk menciptakan kesetaraan di tengah kapitalisme global. Pencapaian lainnya
adalah keberhasilan mereka menggandeng berbagai gerakan sosial lainnya untuk
bergabung bersama-sama dengan mereka. Selain itu tentu saja otonomi yang telah
didapatkan oleh Zapatista sekarang ini adalah sebuah pencapaian besar yang
telah melalui banyak proses dalam waktu yang tidak sebentar.
Poin
terakhir yang bisa diambil adalah Zapatista telah menjadi sebuah kekuatan
politik di Meksiko. Dengan berbagai modal yang dimilikinya seperti yang telah
disebutkan di atas, gerakan ini dapat memobilisasi opini publik dalam beberapa
momen politik seperti halnya yang mereka lakukan dalam mengkritik kampanye
partai aliran kiri seperti PRD yang sudah mulai kehilangan jati diri ‘kiri’
mereka.[10]
Berbagai kritik yang diajukan adalah bentuk nyata kekuatan mereka untuk menjadi
salah satu representasi kekuatan ‘kiri’ di Meksiko. Selain itu berbagai
perlawanan terhadap ketidakadilan pemerintah pusat sampai dengan saat ini masih
berlangsung dan menjadi cerminan aksi nyata mereka dalam konteks
kontra-hegemonik dari sistem yang ada.
Tulisan ini tidak ingin menekankan
pada ideologi kiri. Namun yang lebih penting dibanding diskursus ideologi adalah
bagaimana kita harus bisa memaknai perjuangan sebagai proses yang tidak mudah,
namun penting untuk dimulai. Perubahan seperti yang terjadi di atas tidak
terjadi secara instan. Tidaklah semudah hanya menaikkan isu di jejaring sosial
untuk sesaat dan kemudian hilang lagi ditelan berbagai iklan. Tak perduli kiri
atau kanan, distribusi sumber daya adalah penting untuk diperjuangkan. Dari
pengalaman Zapatista di atas tidak perlu semuanya untuk ditelan bulat-bulat.
Ada beberapa hal yang tidak pas dan tidak perlu dicontoh oleh Indonesia. Akan tetapi
konsistensi dan kesadaran berjuang entah kenapa justru begitu indah terdengar
di sana. Apakah kita sudah merasa semuanya baik-baik saja? Bagaimanapun juga
ini hanya opini saya.
[1] Lihat Nur Iman Subono, “Jalan
“Kiri”Amerika Latin: Sebuah Era Baru?” Prisma, Vol.29, No.1, (Jan, 2010), hal.
100-111.
[2] Richard
Stohler-Sholk, “The Zapatista Social Movement: Innovation and Sustainability”Alternatives:
Global, Local, Political, Vol. 35, No. 3, Indigenous Politics: Migration,
Citizenship, Cyberspace (July-Sept. 2010), pp. 269-290.
[3] Grace Livingstone, America’s
Backyard: The United States and Latin America from the Monroe Doctrine to the
War on Terror, (London dan New
York: Zed Books Ltd, 2009),hal. 110.
[4] Gemma van der
Haar, “The Zapatista Uprising and the Struggle for Indigenous Autonomy”,
Revista Europea de Estudios Latinoamericanos y del Caribe / European Review of
Latin American and Caribbean Studies, No. 76 (April 2004), hal. 99.
[5] Grace Livingstone, Op.Cit., hal.
[6] Gemma van der Haar, Loc.Cit., hal. 100.
[7] Richard Stahler-Sholk, Loc.Cit., hal. 54.
[8] Mariana Mora,
“Zapatista Anticapitalist Politics and the "Other Campaign": Learning
from the Struggle for Indigenous Rights and Autonomy”,Latin American
Perspectives, Vol. 34, No. 2, Globalizing Resistance: The New Politics of
Social Movements in Latin America (Mar., 2007), hal.69.
[9] Ibid., hal. 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar