Beberapa tahun yang lalu, dalam
sebuah kampanye Pemilihan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) level kampus, penulis
membawa isu mengenai transparansi. Pada saat itu tidak terlalu banyak yang
paham atau pun setuju akan pemilihan isu ini. Tidak sedikit pula yang memandang sebelah mata. Transparansi bagi penulis penting
untuk menjawab permasalahan yang selama ini selalu saja terjadi berulang-ulang
di level kampus. Protes akan berbagai fasilitas yang tidak memadai, uang
semester yang semakin tinggi, dosen yang tidak sesuai dengan harapan dalam
membimbing, serta mahasiswa yang berlaku tidak sesuai dengan harapan dosen,
adalah hal-hal yang terus menjadi masalah tanpa adanya solusi yang benar-benar
tepat sasaran. Dampaknya adalah sebuah kualitas belajar-mengajar atau pun
lingkungan akademis yang seringkali mengecewakan bagi civitas akademika.
Sampailah akhirnya penulis
berkesempatan untuk mengenal dan menyelami apa yang disebut dengan open data. Konsep open data tidaklah sama dengan transparansi. Akan tetapi keduanya memiliki
keterkaitan yang erat. Keterkaitan itu berasal dari potensi besar yang dimiliki
dari open data untuk menciptakan
transparansi manajemen lembaga pada level yang tinggi. Konsep ini pun sangat
mungkin untuk diadaptasi dalam lingkup perguruan tinggi. Open data penulis rasa dapat menjadi salah satu solusi untuk
mendorong pembangunan universitas ke arah yang lebih transparan dan tepat sasaran. Namun ada
baiknya kita melihat sekilas terlebih dahulu tentang apa sebenarnya yang
disebut dengan open data.