Selasa, 24 Januari 2012

Peniru Ulung

Pernahkah anda meniru? Tidak? Saya pastikan anda adalah seorang pembohong jika anda mengatakan tidak. Mengapa? Kita semua manusia adalah peniru. Hal yang tidak kita tiru hanyalah bawaan insting kita. Insting untuk bertahan hidup, makan, ataupun seksual. Sisanya? Semuanya hanyalah sifat ataupun sikap yang tanpa kita sadari adalah tiruan dari hal-hal yang kita lihat ataupun kita terima.Cara untuk mendapatkan ketiga hal di ataspun juga merupakan bentuk tiruan dari lingkungan kita.

Dari sejak lahir kita telah didoktrin oleh tindakan-tindakan yang dirasa benar oleh orangtua kita. Saat kita dewasa kita berusaha mencari jalan kita sendiri, atau sering disebut mencari kebenaran. Namun jika anda menyadarinya, sesuatu yang anda anggap benar itupun adalah input dari pihak lain yang anda serap dan cocok dengan diri anda. 

Manusia hanya membutuhkan rangsangan dari luar untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya namun terpendam dalam diri. Hanya butuh satu orang yang memulai, maka manusia akan dengan berani melakukan hasratnya yang ternyata sejalan dengan pikiran orang lain yang telah melakukan tindakan tersebut. Saya akan mengajak anda untuk melihat dari kasus pemerkosaan di angkutan umum yang belakangan terus terulang.

Kasus pemerkosaan di dalam angkutan umum pertama terjadi di dalam mikrolet. Tentu saja saat kejadian itu terjadi, masyarakat ribut membicarakannya. Angkot jurusan yang sama sempat sepi karena penumpang takut dan masih trauma atas kejadian tersebut. Kita berpikir bahwa kejadian seperti itu hanyalah sekali terjadi. Namun tidak demikian.

Kejadian yang sama terulang tidak lama setelahnya. Dan kembali terulang seperti tidak ada jera sampai sekarang. Terakhir bahkan seorang wanita digilir lima orang termasuk supir mikrolet tersebut. Aparat telah melakukan kebijakan yang dirasa bisa mengurangi tindakan pemerkosaan dengan penegasan dalam seragam supir. Namun apa hasilnya?

Saya sendiri tidak menemukan suatu penyelesaian dengan menyuruh supir berseragam. Apakah dengan berseragam berarti mereka adalah supir dengan pribadi yang baik yang tidak akan melakukan tindakan asusila? Memangnya setelah berseragam maka mereka akan berhenti memerkosa? Bukan itu masalahnya. 

Masalahnya bukan pada berseragam atau tidak, masalahnya adalah nafsu binatang yang telah ada dalam otak para pelaku maupun calon pelaku. Seragam tidak akan menutupi atau meredam hasrat mereka. Tindakan pemerkosaan itupun juga tak bisa kita kesampingkan dari dugaan adanya perencanaan sebelumnya. Supir angkot yang turut serta dalam pemerkosaan itu juga bisa membuat indikasi perencanaan tersebut kuat.

Satu saja yang memulai maka hasrat terpendam akan mencuat ataupun memunculkan hasrat baru. Para pelaku kedua , ketiga, atau setelahnya mungkin berpikir "Oh, ternyata bisa begitu ya" dan tinggal melakukan eksekusi. Dan memang pribadi masyarakat kita di jalanan sana sudah begitu rusak. Dan sekalinya tindakan seperti itu dilakukan, akan banyak peniru yang melanjutkannya. Polisi? Tak ada takut-takutnya mereka dengan polisi.

Meniru tindakan yang buruk adalah keahlian kita semua. Meski saya sendiri sampai saat ini tidak tahu apa itu yang sebenarnya baik dan mana yang benar-benar buruk. Namun tentu memerkosa tidak ada sisi baiknya bukan?

Melihat sifat meniru pada manusia, saya merasa diri saya yang sekarang inipun bukanlah diri saya yang murni dari diri saya. Sikap, tingkah laku, gaya bicara, gerak tubuh, semuanya ada unsur tiruan dari orang lain. Sering juga saya menyadarinya. Melihat sebuah gerakan tubuh yang menurut saya cocok dengan diri saya, maka setelahnya secara tidak sadar akan saya praktekkan dan terus menjadi kebiasaan diri.
Gaya bicara ataupun tutur kata paling mudah untuk ditiru. Kenapa kita bisa membedakan kelas seseorang dari cara bicaranya? Karena mereka sudah memiliki ciri-ciri gaya bahasa tersendiri sehingga kita bisa membedakannya. Dan itu berarti ada kesamaan yang berasal dari peniruan dari gaya bahasa dari kelas yang sama. Apakah itu disengaja? Tidak. Itu terjadi begitu saja karena sifat meniru manusia telah dibawa dari dalam diri masing-masing sejak lahir.

Kita hanya perlu tinggal di suatu lingkungan maka secara tidak langsung atau kita sadari akan terbentuk pribadi yang kita sebut diri kita sendiri yang merupakan hasil dari perkembangan kita bersama orang-orang sekitar. Lingkungan yang mengajarkan keburukan dan hanya menganggap wanita itu 'barang' akan dengan mudah membentuk pribadi yang bisa dengan santainya memerkosa wanita yang ingin pulang naik angkot seperti biasa.

Tirulah mana yang bisa membangun pribadi anda menjadi pribadi yang lebih baik dan bermartabat.  Bersikaplah dengan baik agar mereka yang akan meniru andapun akan menjadi pribadi yang baik di tengah lingkungannya. Namun sekali lagi, bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar