Senin, 04 Juni 2012

Mi Casa E Su Casa

Apa itu rumah bagi anda? Pasti di dalam hati anda semua anda memendam arti sebuah rumah menurut anda masing-masing. Anda bisa melihatnya sebagai sebuah bangunan, bisa saja sebagai tempat anda tidur, sebagai tempat anda berlindung, sebagai tempat dimana keluarga anda ada, sebagai tempat anda tumbuh, sebagai tempat anda untuk kembali, dan masih banyak arti lainnya yang bisa saja berbeda satu dengan yang lain. 

Rumah bagi saya tidak sesempit sebuah bangunan baik kecil atau besar, tua atau masih baru, kumuh atau mewah, berlantai satu atau lebih, memiliki kamar atau tidak, milik pribadi ataupun menumpang. Rumah memiliki arti yang begitu luas dan tidak terbatas pada sebuah bangunan saja. Mereka yang ada di dalam bangunan kumuh atau mewah itulah yang merupakan rumah sebenarnya.

Bukan bangunanlah yang memberikan kita rasa aman sebenarnya dari sebuah rumah. Bukan kasur empuk atau tikar kasar yang membuat tidur kita begitu nyaman. Hal yang membuat kita aman, dapat tidur dengan nyenyak, dan memiliki dorongan untuk kembali, adalah mereka orang terdekat kita yang berada di dekat kita. Kita merasa bisa tidur dengan nyenyak karena ada mereka bersama kita. Merekalah rumah kita, tempat kita hidup dan tinggal. Zona teraman kita sebagai makhluk sosial.

Tapi apakah orang terdekat kita hanya terbatas mereka yang tinggal bersama kita sehari-hari, orangtua, kakak-adik, atau mungkin kakek dan nenek, sepupu, dan juga anak dan istri untuk mereka yang telah membina keluarga sendiri? Tentu tidak bukan? Kedekatan kita dengan orang di luar keluarga kita sendiri sering membuat keterikatan yang bahkan bisa menyamai keterikatan kita dengan keluarga kita sendiri. Untuk mereka yang belum menikah tentu saja keterikatan dengan kekasih masuk di antaranya. Di luar itu, ada yang kita sebut sahabat. 

Mengapa saya ingin terus menerus bertemu dengan pacar saya? Mengapa saya selalu merasa nyaman dan tenang ketika bersama dengannya? Saat kita bersama kekasih kita, jika kita memang mencintai dia, maka kita akan merasa bahwa ia adalah rumah kita. Hatinya adalah rumah bagi hati kita. Tempat dimana hati kita bisa tenang jika bersama di dekatnya. Sebuah rumah yang dibalut dengan rasa cinta akan membuat kita akan merasa bahwa dia adalah alasan kita untuk kembali bertemu dengannya.

Saya terbiasa menyebut sahabat-sahabat terdekat saya dengan sebutan keluarga. Selain karena memang saya begitu dekat dengan mereka, dengan memanggil mereka dengan sebutan itu saya merasa kedekatan itu semakin nyata. Anda bisa saja memiliki banyak sahabat atau bahkan hanya memiliki satu atau dua sahabat dekat saja. Namun berapapun jumlahnya, sahabat adalah tambahan kakak dan adik dalam hidup kita. Untuk mereka yang menjadi anak tunggal dalam keluarga pasti merasakan begitu berartinya seorang sahabat dalam hidup mereka. Keluarga bukan hanya terbatas pada hubungan darah semata.

Sahabat memiliki rasa sayang yang berbeda dengan pacar kita. Rasa sayang yang membuat kita nyaman berada di dekat mereka. Ada yang bilang bahwa sahabat lebih penting dari pacar. Menurut saya itu tidak salah juga. Seorang sahabat tidak butuh romantisme ataupun penampilan terapih kita. Mereka juga tidak butuh imbalan kita memberi apa. Bisa dikatakan kita menjadi diri kita ketika bersama di rumah kita yang satu ini, sahabat kita. Namun bagi saya, keluarga dan pasangan terbaik seharusnya adalah mereka yang bisa menjadi sahabat kita dalam hidup kita sehari-hari.

Seberapa cinta anda dengan almamater anda? Sekolah atau kampus tak jarang disebut sebagai rumah kedua. Disebut demikian salah satunya karena kita menghabiskan begitu banyak waktu hidup kita disana. Sama layaknya dengan tempat tinggal kita, di tempat itu ada juga orang-orang yang kita sayangi, ada tempat-tempat favorit kita untuk duduk bersantai, ada suasana nyaman yang membuat kita ingin selalu kembali ke tempat itu. Namun ini tidak berlaku untuk semua orang. Ada yang tidak menganggap sekolahnya adalah sebuah sesuatu yang penting dalam hidupnya. Bahkan ada yang benci akan almamaternya atau menghina-hina almamater sendiri. 

Hubungan kita dengan bangunan-bangunan yang kita sayangi berhubungan dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Ketika orang-orang itu membuat kita merasa berada di rumah, maka kita merasa diterima dan bisa memasuki wilayah tempat itu layaknya kita memasuki rumah pribadi kita.

Ada orang yang telah lama tinggal di luar negeri, namun pada akhirnya memilih untuk kembali ke Indonesia. Mengapa? Salah satu alasan yang seorang teman katakan adalah karena ia merasa disinilah, di Indonesia, ia merasa berada di rumah sebenarnya. Dekat dengan sahabat-sahabat, berinteraksi dengan sesama orang Indonesia, sesuatu yang membuat hidupnya lebih nyaman. Sejauh apapun kita pergi, rasa rindu akan rumah akan selalu melekat di hati kita. Begitu juga ketika bagian dari rumah kita pergi, maka kita akan merindukannya.

Kita sebagai pribadi juga harus menjadi rumah yang baik bagi orang terdekat kita. Jangan hanya mengharapkan orang lain menerima anda sedangkan anda selalu menutup pintu anda ketika mereka membutuhkan tempat untuk kembali. Jangan rumah anda sebagai rumah mereka juga, sama ketika mereka menyediakan rumahnya untuk anda.

Sudahkah anda merasa berada di rumah yang sebenarnya? Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar