Senin, 14 Mei 2012

Mungkin Gaga Sedang Tertawa

Siapa di antara anda yang merupakan fans dari Lady Gaga? Jika anda salah satunya, pasti anda sudah gatal dan gemas dengan pemberitaan belakangan ini yang memenuhi baik itu situs berita maupun social media. Penolakan terhadap konser Lady Gaga di Indonesia. Saya yang bukan fansnya saja sampai menghela nafas dengan pemberitaan yang tak kunjung selesai ini.

Saat pertama kali mendengar berita penolakan konser Lady Gaga jujur saya tertawa. Ya, saya tertawa karena menganggap itu adalah salah satu hal yang lucu. Di tengah banyak persoalan yang lebih penting di luar sana, mereka malah sibuk berdemo untuk menolak konser itu. FPI memang sudah sering melakukan hal-hal aneh dan lucu yang tidak biasa, dan salah satunya adalah penolakan terhadap konser ini. Lucu.

Aksi penolakan yang mereka lakukan terus saja dilakukan. Saya berani bertaruh mereka akan terus melakukan aksinya sampai keinginan mereka terwujud. Sudah budaya mereka seperti itu. Seperti anak kecil yang terus merengek sampai diberikan susu. Telinga mereka hanya digunakan untuk mendengar doktrin dari petinggi mereka. Kita seharusnya sudah tahu itu dan melawan mereka seperti melawan orang buta dan tuli.

Kalau FPI mengancam membuat Jakarta chaos, bagi saya itu sangat berlebihan. Walaupun mereka memang sudah terlalu sering membuat sesuatu yang berlebihan, tapi ini terlalu berlebihan. Yang diancam adalah keamanan kota, bukan keamanan konser. Seharusnya Polda perlu menindak aksi ancaman seperti ini. Karena jelas mereka mengancam kita. Siapa mereka? Si Pengadil Indonesia? Tapi yang membuat saya kembali mengelus dada, ternyata Polda malah ikutan menolak konser ini. Bagi saya, yang takut akan ancaman FPI itu bukan fansnya, melainkan Polda.

"Terlalu vulgar ya. Joget-joget pakai bikini di videonya. Itu terlalu vulgar, tidak sesuai dengan budaya kita," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto. Bagi saya komentar semacam ini menunjukkan bahwa yang kekanak-kanakkan bukan saja FPI tapi juga Polda. Mungkin bagi dia yang tepat dengan budaya kita adalah acara dangdut di kampung-kampung atau pinggir jalan yang dibarengi dengan prostitusi.

Saya takut kalau pemikiran dan cara pandang seperti ini terus berlanjut, lama-lama pantai di Bali akan ditutup atau ada pelarangan mengenakan bikini. Bisa-bisa pariwisata kita bangkrut karenanya. Anda mau menyuruh Lady Gaga bernyanyi sambil menggunakan pakaian tertutup dari atas ke bawah? Sekalian saja suruh dia bernyanyi sambil berjoget menggunakan kebaya agar selaras dengan budaya kita. Sudah jelas budaya kita berbeda dan disanalah letak dunia seni itu sendiri.

Meskipun Polda mengatakan bahwa mereka mendapat masukan dari MUI dan Politisi DPR, seharusnya Polda lebih bisa berpikir dengan jernih dan rasional. Saya tak percaya kalau tekanan dari FPI tidak mempengaruhi pendapat mereka. Sudah menjadi rahasia umum kalau kepolisian seakan-akan tidak mau untuk menindak FPI. Untung saja Kementrian Pariwisata lebih bisa berpikir secara dewasa dibandingkan mereka sehingga masih ada yang bisa dijadikan pegangan oleh para fans Lady Gaga.

Kalau kita berbicara soal vulgar, semua itu ada di otak kita. Kalau kita merasa itu adalah gerakan erotis, berarti otak kitalah yang hanya bisa berpikir mengenai pornografi. Pertanyaannya adalah mengapa dulu bintang porno Jepang dibiarkan bermain film yang diputar di dalam negri? Mengapa film esek-esek yang jelas dimainkan oleh anak negri yang jelas juga mengumbar erotisme dibiarkan saja? Mengapa juga dangdutan prostitusi yang jelas-jelas ada tidak mereka serang? Apa mereka langganannya sehingga acara seperti itu aman-aman saja? Yang porno itu mereka, karena yang diidolakan oleh fans ataupun pecinta Lady Gaga adalah kreativitasnya maupun sisi seni dan prestasinya. Bodoh kalau seseorang menjadi nafsu kalau menonton Lady Gaga.

Lebih banyak hal penting yang perlu diurus dan diserang dibandingkan konser ini. Hal-hal kontroversi semacam ini tak perlulah terus-menerus dipersoalkan. Kedatangan Lady Gaga juga bisa positif bagi industri pariwisata kita karena dunia bisa lebih mengenal Indonesia ini. Seharusnya kita bangga negara kita mau didatangi oleh salah satu ikon musik dunia, bukan malah menolak dengan tidak rasional seperti ini.

Jika selama ini selalu saja organisasi dari satu agama yang dijadikan bahan acuan opini, mengapa tidak ditanyakan ke organisasi agama yang lain? Kita lihat bagaimana tanggapan mereka. Kita ini negara beragam, jangan hanya menilai dari satu sudut pandang saja. 

Saya paling tidak suka jika ada yang membawa-bawa agama dalam aksi mereka. Keluarlah dari Indonesia jika masih saja berlandaskan hukum suatu agama semata. Kita ini negara beragam agama dan budaya. Kelompok kecil yang membuat noda seharusnya dihilangkan saja dan tidak diberi ruang untuk bermain-main.

Kalau terus saja seperti ini, negara kita bisa buruk di mata dunia. Negara kolot yang bisa ditertawakan negara lain. Pemikiran primitif seperti yang ada sekarang ini perlu ditumpas agar kita bisa maju. Penumpasanpun harus dilakukan secara nyata, jangan hanya opini semata. Toh sudah jelas organisasi FPI sudah banyak melakukan keonaran, butuh apa lagi?

Lady Gaga memang sering melakukan kontroversi. Tapi saya tidak mengira sampai negara kita ikut-ikutan di dalamnya. Bagi saya ini bukan saja masalah para fans Lady Gaga semata, namun juga kita yang merasa bahwa tidak benar aksi penolakan ini. Pemerintah seharusnya membantu para fans untuk masalah ini. Karena Polda sepertinya tidak bisa terlalu diharapkan, meskipun saya juga ragu ada kekuatan besar yang mau untuk menindak aksi FPI.

Semoga saja tiket yang terjual tidak menjadi sia-sia dan konser dapat tetap berjalan sesuai rencana. Saya bukan fans ataupun orang yang berniat untuk membeli tiket konser itu, tapi saya cukup menyukai lagu-lagunya dan tahu bahwa penolakan ini adalah sebuah kekonyolan yang tak bisa dibiarkan. Kekonyolan yang mungkin membuat Lady Gaga tertawa saat mendengarnya. Namun bagaimanapun juga, ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar