Ingatkah anda ada apa dengan hari ini? Apakah anda tahu
sedang terjadi apa pada tanggal ini berpuluh-puluh tahun yang lalu? Apakah anda
merasa merupakan bagian dari bangsa ini? Sudahkah anda meninggikan bahasa ibu
anda? Darah yang mengaliri kehidupan sampai pada tapak terakhir ini, apakah
sudah membeku? Puluhan tahun lalu mereka bersumpah, dan puluhan tahun
setelahnya masih ada kita, jawaban dari sumpah mereka yang disebut pemuda.
Indonesia.
Kita yang dengan bangga
membeli jersey sepakbola yang berlogo
garuda, anda yang masih menyanyikan lagu Indonesia Raya meski hanya satu sehari
di bulan Agustus, atau pun saya yang bisa dengan tegas mengatakan merah dan
putih adalah lambang negara, semua adalah hasil dari sebuah langkah awal dari
banyak pemuda yang memiliki inisiatif. Inisiatif itulah yang membuat Sumpah
Pemuda begitu besar kaitannya dengan terciptanya kedaulatan atas Sabang sampai
Merauke. Ribuan pulau menjadi satu kesatuan di bawah payung Pancasila dan UUD
1945. Sebuah sumpah yang menjadi pondasi dari tiang-tiang penopang bangsa,
Sumpah Pemuda.
Mereka yang bersumpah
tidak berasal hanya dari satu suku. Mereka juga tidak berdoa dengan cara yang
sama. Daerah mereka dilahirkan berbeda-beda bahkan berbeda pulaunya. Raut wajah
atau cara mereka berbicara pun terdiferensiasi sesuai sosialisasi yang mereka
dapatkan dari lingkungannya. Unsur perbedaan, apakah mereka memperdulikannya?
Peringatan adalah hal yang
biasa dari sesuatu yang bersejarah. Peringatan terhadap hari Sumpah Pemuda bisa
dilakukan dengan upacara bendera. Bisa dengan menulis di kolom-kolom surat
kabar, spanduk, atau televisi dengan menempelkan logo partai masing-masing.
Membuat status terbaru seputar peringatan Sumpah Pemuda di social media. Atau hanya menikmati hari Minggu seperti biasa.
Sesungguhnya sebuah peringatan yang kita lakukan, sekecil apa pun itu, adalah
bentuk penghargaan kita dan rasa hormat. Bentuk dari rasa ingat akan sesuatu
yang bersejarah, entah itu karena memang ingat atau teringat oleh orang lain
terlebih dahulu. Jika yang kedua, cobalah mengingat mulai dari sekarang.
Perbedaan kita saat ini
mungkin lebih beragam dibandingkan dengan mereka yang menyusun Sumpah Pemuda.
Diferensiasi pekerjaan membuat masing-masing kita semakin sibuk dengan peran
masing-masing di dalam masyarakat. Namun apakah benar kita mengambil peran
untuk masyarakat? Ataukah kita mengambil peran untuk diri kita bisa bertahan di
dalam masyarakat? Apakah upaya mempertahankan negara ini memang ada dalam diri
kita? Lebih jauh lagi, apakah memang kita masih ingin negara ini ada?
Pemikiran pragmatis yang
ada di setiap sudut kota dan desa menjauhkan kita dari upaya dan pandangan jauh
mau dibawa kemana negara tercinta. Setiap orang terlibat perkelahian dalam di
atas ring yang disebut lapangan kerja. Kemajuan teknologi semakin meninggalkan
mereka yang tidak mampu untuk mengejar yang bahkan untuk mempertahankan hidup
pun masih sukar. Ketika kebingungan masih melanda bagaimana cara untuk
mempertahankan posisi diri dan kehidupan, bagaimana bisa kita menganggap
mempertahankan persatuan bangsa adalah kewajiban kita?
Budaya demokrasi yang ada
seakan-akan membawa kita semakin terlena. Demokrasi yang merupakan alat untuk
membangun negara ke jalur yang benar justru membuat banyak arus yang tak
sejalan. Mereka yang tak kunjung naik dari kasta terendah mendambakan
kembalinya Orde Baru dalam hidup mereka. Masa yang 'enak' tiap golongan berbeda. Bagaimana dengan anda? Seberapa besar keleluasaan demokrasi yang telah anda gunakan untuk pergerakan ke arah yang lebih baik dari negara ini?
Lihatlah jauh ke depan
sana. Kalau perlu mintalah mereka yang berbahu besar menggendong anda agar bisa
terlihat lebih jauh jangkauan pandangan anda. Terlihatkah oleh anda di seberang
sana? Sebuah bukit Asia dimana merah putih berkibar di puncaknya? Terlihatkah
juga oleh anda di balik tembok beton sana, benua-benua yang tadinya
berkuasa mencoba untuk mendapatkan jabat
tangan dari kita? Apakah anda melihat, atau anda tertawa?
Anda boleh saja mengkritik
mereka yang duduk di kursi tertinggi saat ini. Anda boleh menertawai keadaan
saat ini dimana penghargaan terhadap agama serta etnis lain masih terjadi. Anda
boleh mengelus-elus dada ketika mendengar kekonyolan-kekonyolan yang dibuat
oleh anak-anak bangsa. Namun daripada itu semua, anda juga bisa menghujat diri
anda ketika diri anda diam saja melihat itu semua. Tertawailah diri anda ketika
anda adalah satu di antaranya. Dan suruhlah orang lain mengelus-elus dadanya
untuk anda karena tak ada yang bisa anda lakukan untuk berkonstribusi merubah
itu semua.
Sebutlah diri anda
nasionalis. Sebutlah diri anda Islamis. Tapi saya akan memberikan jabatan
tangan paling erat kapada anda yang merasa optimis. Biarkanlah mereka yang suka
dianggap pintar dengan cara mengkritik, kita semua lebih butuh pengubah. Sudah
cukuplah jumlah pengkritik yang hanya menghujat tanpa memberikan solusi. Ketika
anda hanya mengkritik, apakah itu cukup untuk membuat sebuah perubahan? Apalagi
ketika anda hanya bergumam antara teman anda, apakah itu bisa terdengar dan
mengusik mereka yang memiliki kekuasaan menjalankan perputaran kebijakan?
Optimis hanya untuk mereka yang merasa harus ada perubahan dan yakin bahwa ada
kemampuan untuk melakukan itu meski sekotor apapun lawan yang akan dihadapinya.
Jadikanlah kemuakan anda
terhadap masa kini dengan sebuah aksi nyata dan penuh solusi untuk perbaikan
negeri. Rasakanlah keresahan dalam diri anda, ketika anda menemukannya berarti
anda merasa ada sesuatu yang seahrusnya dilakukan. Dan itu bisa dilakukan dari
dalam diri sendiri terlebih dahulu. Inisiatif
apa yang bisa anda lakukan. Mungkin para pemuda hanya beride untuk berkumpul
dan menghasilkan Sumpah Pemuda. Namun lihatlah hasil yang mereka dapatkan
dengan melakukan itu. Jangan remehkan inisiatif dan langkah awal untuk sebuah
tujuan panjang akan sebuah perubahan. Karena semua berawal dari sebuah langkah
pertama yang penuh inisiatif.
Sekarang mari kita
tanyakan kepada bendera yang saat ini berkibar di atas tiang, “Mengapa mereka tak
lagi bergetar melihat kau, darah dan tulang, dikerek ke pucuk tiang di atas
sana?” Kira-kira apa gerangan jawabannya?
Bagaimana pun juga ini
hanya opini saya.
Hari ini adalah harinya
kita! Selamat Hari Sumpah Pemuda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar