Jumat, 30 Desember 2011

Dibalik Gelap Yang Membasahi

Hujan, titik demi titik air turun membasahi permukaan tanah tempat kita berpijak. Hawa dingin turut serta mengikuti air yang semakin lama semakin mengalir di jalan. Anak-anak kecil berlarian ingin bermain dengan percikan-percikan air yang deras. Hujan seperti berkah kepada kita yang turun langsung dari langit. Banyak orang begitu menantikan datangnya hujan. Namun dibalik itu, hujan menyimpan sisi kelam dari sebuah kehidupan.

Semua tampak indah dan baik adanya di saat matahari menyengat dan jejak-jejak kaki begitu kering. Suasana yang ada terlihat begitu indah. Tampak tak ada kesulitan yang berarti. Sama sekali tak ada kekurangan yang terlihat perlu untuk diurus. Tapi tunggu dulu. Hujan akan datang. Lihatlah apa yang akan terjadi ketika hujan datang. Benarkah hujan dinanti? Atau ditakuti?

Mereka yang terpuruk hidupnya, setiap hujan layaknya siksaan. Tak bisa keluar dari gubuk-gubuk ataupun triplek-triplek yang terpaku mengotak. Terkunci sembari hujan yang menembus atap seadanya. Hujan membuat kesulitan dalam hidup mereka begitu terasa. Hujan akan selalu membuat mereka menengadah ke atas. Berharap tumpahan air tak semakin membanjiri tanah tak berlantai mereka.

Namun bukan kesedihan mereka saja yang akan nampak. Kebobrokan sebuah kota besar yang tersembunyi saat keringpun akan terlihat. Memiliki kemampuan mengatur pembangunan ratusan gedung-gedung namun jalan yang baik saja tak bisa. Lubang-lubang disana-sini akan menonjol. Tingkat keselamatan lalu lintas akan menjadi genting di tengah lintasan yang buruk. Saat kering, semua terlihat baik.

Masuki saja satu-persatu halte bus berjalur sendiri itu. Temukanlah atap yang tak kalah buruknya dengan atap mereka yang terpuruk hidupnya. Bahkan ada yang tidak lagi cocok disebut bocor, melainkan tumpah! Ya, air tumpah begitu saja dari atap membuat banjirlah halte itu. Inikah kualitas pembangunan si ahli itu?

Hujanpun tak jarang menenggelamkan komplek-komplek mulai dari yang kelas bawah sampai atas. Tanpa ampun fenomena itu membuat semua setara, banjir. "Jakarta siap menghadapi banjir!" Tidakkah begitu menyedihkannya tulisan itu? Siap? Hei, itu bukanlah sesuatu dari alam yang tak bisa kita rubah. Hujan yang berasal dari alam, banjir ciptaan kita. Jangan malah menjadikan itu sebuah fenomena yang harus terjadi. Kota besar jangan hanya diartikan jalan raya atau gedung-gedung tinggi. 

Hujan juga akan membuat manusia begitu takut air. Menjadi basah sangat dihindari. Hujan juga akan membatasi gerak mereka yang tak memiliki roda empat. Tak jarang juga hujan membuat segala sesuatu menjadi terlambat. Dan tak jarang juga kita mengumpat karena hujan, bukankah demikian?

Tak selalu hujan itu ditunggu. Ada banyak kesulitan yang tersimpan di balik turunnya hujan. Namun tetap saja, hujan memberi kita semua kesejukan. Itu semua hanyalah sisi lain di balik hujan yang selama ini mungkin terbayang dengan anak-anak kecil yang berlarian di tengah air yang mengguyur dengan cerianya. Dan bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Selamat Tahun Baru 2012, selalu ada terang yang menunggu dibalik gelapnya hujan...

Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar