Senin, 05 Desember 2011

Serunya Petak Umpet Aspal

Siapa di antara anda yang waktu kecilnya tidak pernah main petak umpet? Saya rasa semua di antara kita pernah. Kalau anda tidak pernah saya patut prihatin kepada anda dan semoga suatu saat nanti ada yang membuat game petak umpet untuk ipad agar anda bisa bermain. Arena petak umpet bisa dimainkan dimana saja, asal ada tempat-tempat yang memungkinkan untuk kita mengumpet dari yang bertugas menjaga. Dan ternyata salah satu arenanya adalah jalan raya.

Peserta petak umpet di jalan raya tak lain dan tak bukan adalah para petugas yang dibilang adalah penjaga keamanan masyarakat yaitu polisi dan kita masyarakat semua pengguna jalan. Namun yang unik dari petak umpet jalan raya ini adalah si polisi bertindak sebagai yang ngumpet, sekaligus si penjaga. 

Begitu banyak polisi lalu lintas bertebaran di luar sana. Dan begitu banyak polisi lalu lintas yang menangkap pengendara kendaraan bermotor yang dianggap menyalahi aturan lalu lintas. Banyak sekali polisi yang menghukum pengendara. Tapi untung saja polisi kita itu baik-baik sehingga tidak menilang kita. Mereka malah menawarkan 'damai' dengan kita. Baik sekali bukan?

Menurut saya ada yang salah dengan cara kerja polisi lalu lintas. Pandangan saya adalah polisi bertugas untuk mengayomi masyarakat kita. Kemudian jika masih ada yang melanggar barulah di tangkap. Namun tidak demikian yang ada. Tidak terlihat tindakan mengayomi masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi dalam perilaku di jalan raya. Mereka hanya menangkap atau muncul di jalanan yang sedang sumpek karena macet sambil mengayun-ayunkan tangan tanpa berbeda dengan pak ogah. Mungkin bedanya polisi tidak dikasih receh, sedangkan pak ogah iya.

Banyak polisi justru menempatkan diri di tempat yang membiarkan pengguna jalan untuk melanggar dahulu. Dan tentu saja mereka sering menempatkan diri secara tak terlihat sehingga bisa secara tiba-tiba menghentikan laju pengendara. Pengendara yang kena sial hanya bisa pasrah sambil mengingat-ingat jumlah uang yang mereka bawa di dompet. 

Menurut saya polisi seharusnya menempatkan diri di tempat yang terlihat sehingga masyarakat lebih teratur. Kalau sekarang ini masyarakat tidak akan belajar untuk mematuhi lalu lintas. Yang mereka takutkan bukanlah melanggar lalu lintas sehingga bisa mengakibatkan hal buruk di jalan, melainkan takut kena tangkap polisi. Polisi ingin mengatur masyarakat atau menjadi momok masyarakat?

Tidak memberikan tilangan kepada pelanggar lalu lintas juga tidak mendidik. Masyarakat justru tambah tidak takut untuk melanggar karena tahu hanya akan diajak 'damai' oleh polisi. Paling-paling mereka hanya akan kesal karena kehilangan 50 ribu atau 100 ribu yang diberi ke polisi. Tindakan 'damai' mereka juga malah bisa memberikan persepsi di masyarakat bahwa polisi kalau di jalan itu hanya sedang cari duit saja. Mereka sendiri yang telah merusak citra mereka di masyarakat. 

Perubahan semestinya dilakukan. Lebih tegas lagi. Bukan hanya tegas meminta uang 'damai'. Menilang tidak ada salahnya karena yang salah harus dihukum. Kalau mau menciptakan masyarakat yang teratur harus dimulai dari para petugas yang memang bisa secara tegas dalam bertindak. Lebih mengatur di jalan dibanding hanya mencari-cari pelanggar lalu lintas. Tempatkan diri di tempat yang memang memungkinkan mengatur, bukan tempat yang enak untuk tiba-tiba menghentikan laju kendaraan yang melanggar.

Itulah kenyataan yang terlihat di jalanan sana. Kita semua terlibat di dalamnya, atau mungkin salah satu korban aksi 'damai' yang tersebut di atas. Yang sama dari petak umpet saat kita kecil dan petak umpet jalan raya itu adalah, kita sama-sama tidak ingin ketahuan. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar