Minggu, 06 November 2011

Aku Aku Kamu Kamu

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Tapi manusia belum tentu berjiwa sosial. Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Namun manusia belum tentu peduli pada hidup orang lain. Mengapa demikian? Seharusnya anda bisa menjawabnya sendiri sebagai manusia. Individualisme salah satunya.

Individualisme kita bisa terjadi di lingkungan paling kecil hingga yang terbesar. Baik itu di rumah, sekolah, tempat kerja, atau pun di masyarakat luas. Karena dimanapun kita memiliki egoisme yang selalu akan muncul tanpa kita sadari. Rasa egois itu akan mendorong kita untuk menempatkan diri sendiri di depan orang lain. Kepentingan pribadi paling di nomor satukan. 

Bagaimana bisa di dalam keluarga yang hidup bersama-sama setiap harinya muncul egoisme? Bisa saja. Alasannya bisa bermacam-macam. Yang paling terlihat adalah dalam hubungan kakak - adik. Terkadang rasa iri yang timbul dalam hubungan bersaudara akan memunculkan rasa egois pada diri masing-masing. Jika si adik terlalu sering dimanjakan dan dipenuhi keinginannya oleh orangtua, maka si kakak akan menjadi egois dan tidak memperdulikan si adik. Itu bisa terjadi karena si kakak menganggap si adik sudah mendapat perhatian lebih dari orangtuanya dan tidak mau lagi berbagi hal apapun dengan adiknya. Meskipun tidak sedikit kakak yang tetap memberi perhatian lebih bagi adiknya yang dimanja. 

Itu hanyalah salah satu contoh dari kehidupan di dalam keluarga. Masih banyak lainnya, karena pengalaman orang juga berbeda-beda. Hubungan suami-istri pun bisa saja masih terdapat sikap individualis. "Ini barang saya, tak ada yang boleh pakai" Kalimat tersebut mungkin sering ada di keseharian anda. Kata-kata maupun sikap seperti itu akan mendorong orang untuk berlaku egois. Kalau kita pikirkan tindakan seperti itu tidaklah perlu dalam kehidupan bersama, apalagi sebagai suatu keluarga. Hidup bersama berarti saling berbagi bukan?

Sekolah merupakan tempat kita belajar bagaimana perilaku egois itu ada di kehidupan kita. Kita bisa saja menjadi jengkel dan sering kesal jika menemui tindakan teman yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dengan melihat hal seperti itu kita menjadi sadar bahwa begitulah sifat manusia di tengah masyarakat. Di sekolah yang paling bisa disorot untuk masalah keegoisan seseorang adalah nilai. Ya, nilai adalah hal yang paling bisa menunjukan sifat individualis di sekolah. Demi nilai sendiri kadangkala seseorang tidak memperdulikan nilai orang lain. Mungkin ini sudah menjadi naluri. orang hanya akan memikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan nilai yang terbaik demi diri sendiri tanpa memperdulikan teman. Kerja kelompok sering menjadi tempat dimana seseorang akan memperlihatkan sisi dirinya. Apakah dia adalah orang yang peduli teman, atau egois, semua bisa dilihat.

Orang yang individualis biasanya akan pelit ilmu di kelas. Hal-hal yang ia temukan bisa membuat nilainya baik tidak akan diberikannya pada orang lain. Tidak mau orang lain mendapatkan nilai yang tinggi mungkin salah satu alasannya. Orang ini hanya mau dialah yang mendapatkan nilai yang baik. Pelit akan menjadi julukan yang cocok bagi orang seperti ini.

Teman sih teman, tapi kalau masalah nilai, lain ceritanya. Apakah anda salah satunya? Keeratan hubungan pertemanan bisa dilihat dari hal-hal seperti itu. Menurut saya teman yang bisa anda percaya adalah yang mau mendapatkan nilai yang terbaik bersama dengan anda. Bukan yang hanya mencari nilai pribadi. Namun bukan berarti anda memberikan contekan pada teman anda atau sebaliknya. Jujur saja, contek-mencontek akan membuat anda bodoh dan tak berkembang. Belajar bersama,saling membagi ilmu, kerja sama dalam berbagai tugas, semua itu adalah hal-hal yang bisa anda pakai. Teman bukan saja tempat untuk bersenang-senang, namun juga tempat untuk menanggung beban bersama. Kecuali jika anda sekolah atau kuliah hanya untuk pribadi tanpa ada maksud membangun relasi.

Dunia kerja adalah dunia yang lebih individualistis. Tidak ada lagi kepedulian yang bisa ditolerir. Mungkin saat di sekolah atau kuliah anda masih bisa menerima kesalahan yang dibuat teman anda, namun dalam lingkungan kerja lain soal. Kesalahan tidak dibenarkan dan hubungan intrapersonal tidak lagi seerat jenjang sekolah. Lingkungan kerja seperti rimba yang akan membuat anda bersaing satu sama lain untuk berlomba menjadi yang terbaik. Yang terbaik disini akan memberikan anda timbal balik berupa jabatan atau modal yang anda cari.

Meskipun tidak menutup hubungan pertemanan di dalam kantor, tetap saja kerja dan sekolah itu berbeda. Kalau anda bekerja di restoran, maka anda harus menyajikan makanan sesuai menu dan sesempurna mungkin. Tidak ada kesalahan yang bisa ditolerir lagi oleh teman anda, apalagi bos anda. Meskipun anda dekat dengan rekan kerja ataupun bos anda, sekali anda berbuat salah tetap saja salah. Dunia kerja akan membuat anda lebih menjadi orang yang individualistis. "Yang paling penting kerjaan saya selesai, masalah kerjaan dia mah masa bodoh!" Kalau bisa membaca pikiran, bisa saja kita menemukan kata-kata itu setiap hari di kantor.

Tuntutan kepada diri sendiri seringkali menjadi momok orang untuk mementingkan dirinya sendiri. Diri sendiri disini bisa juga berarti keluarga kita sendiri ataupun kelompok kita sendiri. Apakah perilaku individualis itu buruk? Menurut saya tidak juga. Karena berlaku egois, seseorang akan terus memacu dirinya. Terlalu sering berbagi juga tidak selamanya baik. Memang ada ha-hal tertentu yang mengharuskan kita menempatkan diri kita di posisi terdepan. Banyak orang besar di luar sana yang menjadi sukses karena melangkahi teman-temannya bukan?

Semuanya kembali pada pilihan anda. Orang yang berperilaku egois secara mencolok cenderung akan dijauhi, terutama jika dalam lingkup sekolah. Orang yang mau berbagi dengan rekannya akan mudah menjalin koneksi dengan orang lain. Ini adalah bagaimana kita membangun sudut pandang. Tidak ada salahnya kita memberi perhatian dan bantuan bagi orang lain. Meskipun sangat sulit di era modern sekarang ini. Itulah masyarakat kita, tapi bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar