Senin, 14 November 2011

Tunggu Orang Lain Saja

Beberapa hari yang lalu saya berada dalam suatu kejadian sederhana namun bisa direnungkan secara mendalam. 

Saya sedang di halte busway Grogol 2. Saya menunggu bus arah Harmoni. Seperti biasa suasana dalam halte cukup padat. Dan seperti biasa pula, antrean orang-orang acak-acakan. Tidak ada bentuk baris yang rapi. Bahkan anak TK bisa berbaris dengan jauh lebih baik lagi. Mungkin saja sebagian besar dari kami tidak lulus pelajaran baris-berbaris. 

Bus yang saya tunggupun datang. Jurusan Harmoni berwarna abu-abu. Pintu terbuka dan orang-orang dari dalam bus banyak yang ingin keluar. Setelah beberapa orang keluar dari bus muncul seorang ibu dari balik kerumunan orang di dalam bus.

Ibu itu ternyata menggunakan kursi roda. Dan dia sendirian. Tentu saja ibu itu membutuhkan pertolongan untuk bisa keluar. Kondektur busway memegang dengan segera roda bagian kiri kursi roda ibu itu. Lalu sang kondektur melihat ke arah mas-mas yang berada tepat di sebelah kanan kursi roda ibu itu. Tatapan itu berarti permintaan agar mas-mas itu membantu memegang roda di sisi sebelah. 

Namun apa yang terjadi, mas-mas itu hanya diam. Dia seperti tidak tahu apa yang harus diperbuat. Padahal ibu itu tepat berada di sampingnya dan butuh pertolongannya. Bahkan saat ada yang berbicara agat ia mau membantu ibu itu, ia tetap diam saja. 

Saya yang sedikit kesal melihat kelakuan mas-mas itu langsung menyerobot barisan untuk masuk ke dalam bus membantu ibu itu keluar dari bus. Mas-mas tadi tetap hanya diam. Tidak, bukan hanya mas-mas tadi. Pria-pria yang berada lebih dekat ke ibu itu daripada saya juga hanya diam saja. Menunggu ada orang lain yang bertindak.

Saya bukan ingin menyombongkan diri karena telah berbuat suatu kebaikan. Namun coba kita merefleksikan ini bersama-sama. Apakah kita sering kali seperti mas-mas dan orang lain itu? Itu mungkin hanya kejadian sederhana, namun bagi saya bisa mencerminkan perilaku kita yang sebenarnya di dalam masyarakat. Justru dalam tindakan-tindakan seperti itulah sifat bawaan kita terlihat.

Banyak diantara kita yang kurang bisa untuk bertindak. Banyak diantara kita yang lebih memilih orang lain untuk turun tangan pada suatu hal. Tidak ada gerakan dalam diri sendiri untuk mau membantu. Saya tidak tahu apa alasannya namun bagi saya itu salah satu bentuk hati nurani yang sudah tumpul.

Mari kita semua mulai sekarang lebih mau bertindak jika melihat ketidakberesan. Bantulah apa yang bisa kita bantu. Pertolongan yang kadang anda anggap kecil bisa berbuah sesuatu yang sangat penting bagi orang lain. Berperilaku dalam masyarakat merupakan salah satu cermin pribadi kita. Jadikan masyarakat ini aktif dan bukan lagi pasif. Jangan menunggu, melainkan langsung bertindak. Jangan meminta tapi berilah. Bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar