Jumat, 16 September 2011

Just Smile

Dalam berinteraksi kita sering kali memakai simbol-simbol diluar bahasa yang kita keluarkan. Kalau ada orang yang sedang sakit kepala biasanya dia akan memegang dahinya atau bagian kepala lainnya dengan tangan ditambah dengan raut muka yang tampak pusing. Kalau orang memegang perutnya mungkin ia sedang sakit perut, atau bisa juga ia sedang lapar. Dan masih banyak lagi simbol-simbol lainnya. Kalau sedang senang atau marah maka simbol raut muka akan terpampang di wajah. Bicara tentang raut muka, sekarang ini banyak orang yang telah meninggalkan salah satu simbol yang mendunia dalam kehidupannya di masyarakat. Senyuman.

Menurut saya tidak ada yang tidak mengenal senyuman bukan? Atau tidak tahu bagaimana untuk membuat senyuman bukan? Ya, semua orang pun mengetahui maksud-maksud dari sebuah senyuman. Anda tidak perlu mengeluarkan kalimat sapaan panjang lebar kepada seseorang yang ingin anda sapa. Anda bisa menyingkatnya dengan sebuah senyuman manis di bibir anda, tapi tak perlu manis juga tak apa karena tipe-tipe setiap orang berbeda-beda, kecuali kalau anda memang ingin menarik perhatian orang yang ingin anda sapa. Jika bertemu orang bule, tersenyumlah pada mereka dan mereka kemungkinan besar akan membalas senyuman anda, itupun jika anda masih ingin mendukung penilaian lama bahwa orang-orang Indonesia itu terkenal dengan keramahannya. Orang-orang cenderung hanya memasang senyuman jika berada bersama orang-orang terdekat saja.

Saat ini ternyata senyuman itu sudah menjadi tindakan mahal. Tak perlu jauh-jauh mari kita lihat saja di kota-kota besar seperti Jakarta. Jika anda sedang mengantre di busway, anda bisa menghitung berapa banyak orang yang memakai senyuman di bibirnya. Kalaupun masih ada, anda bisa menghitungnya dengan jari-jari anda. Kalau jari tangan kurang bisa pakai jari kaki anda. Dengan sumpeknya antrean itu anda akan semakin sumpek melihat wajah-wajah kesal manusia yang sedang kepanasan. Emosi begitu mudah terpancing di tempat seperti ini, senggol sedikit saja jangan harap anda terhindar dari pelototan orang.

Senyuman bisa membuat orang yang diberikan senyuman merasa senang dan dihargai. Orang juga akan merasa senang berbicara dengan orang yang memasang senyuman di wajahnya ketimbang tidak. Tapi kadang kala arogansi membuat orang yang diberikan senyuman tidak mengembalikan senyuman yang dilemparkan kepadanya. Saya tidak tahu kenapa senyuman sekarang ini begitu sulitnya untuk dikeluarkan. Atau mungkin sedang ada wabah sariawan besar-besaran melanda daerah kita saya tidak tahu, kalaupun iya saya mungkin harus berjaga-jaga minum banyak vitamin C. Atau mungkin sudah ada undang-undang tentang larangan senyum di tempat umum, kalau memang ada kenapa sampai saat ini saya tidak tertangkap polisi? Atau apakah sekarang ini masyarakat kita jarang berhati senang? Hanya orang itu dan Tuhan yang tahu masalah itu. Kalau iya, mari berdoa agar kesenangan meliputi kita semua. Yah minimal saat antre busway semua orang sedang senang agar suasana sumpek bisa diredam.

Anda mungkin tidak menyadari pentingnya senyuman dalam interaksi kita. Setiap pelayan di tempat-tempat seperti restoran, cafe atau semacamnya pasti dianjurkan untuk membuat senyuman kepada pelanggannya. Bayangkan jika pelayan yang datang kepada kita memasang muka masam kita pun akan menjadi tidak nyaman bukan? Dalam berfoto pun senyuman akan lebih indah bukan? Tapi tergantung gaya anda masing-masing sih... Anda mau monyong, unjuk gigi, dan sebagainya juga bisa dikatakan indah. 

Yah paling tidak cobalah anda memulai lebih sering tersenyum dari sekarang. Dengan semakin banyaknya senyuman akan membawa suasana berbeda dalam masyarakat kita yang selalu diwarnai ketegangan dan masalah-masalah. Paling tidak anda bisa memberikan ketenangan sesaat bagi orang lain yang melihat senyuman anda. Jadi mulailah tersenyum kawan-kawan semua. Tapi suka atau tidak suka juga terserah pada anda, karena bagaimanapun juga ini hanya opini saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar