Kamis, 15 September 2011

Mas Kebersihan di Comuter

2 hari yang lalu saya naik kereta comuter line dari Bekasi menuju Jakarta setelah selesai menunaikan tugas seorang lelaki mengantar wanita ke tempat tinggalnya. Perjalanan saya dan dia baik-baik saja, kami berdua ngobrol-ngobrol dalam perjalanan dengan asyiknya. Mmm tapi bukan obrolan itu yang ingin saya bahas. Melainkan kebersihan gerbong kereta comuter line tersebut.

Gerbong yang saya naiki sangat sepi, mungkin karana saat itu sudah jam 7 malam. Saat saya duduk saya melihat sekeliling saya. Ada beberapa plastik yang berserakan di jalan gerbong. Ada juga kertas koran yang sudah abstrak bentuknya di lantai. Juga saya lihat di bangku ada sampah bekas makanan. Saya menganalisis itu adalah sampah bungkus roti yang terkenal karena rasa kopinya itu. Bicara tentang roti tersebut, enaknya roti itu dimakan anget-anget. Oke balik lagi ke gerbong. 

Ada lewat laki-laki petugas kebersihan yang dengan senjata andalannya sapu ijuk dan serokan datang untuk mengambil sampah-sampah yang berserakan. Saya mulai senang karena ternyata memang berbeda sekali kebersihan di kereta comuter dibanding kereta ekonomi. Saya mulai menaruh simpati terhadap tugas mas-mas tadi. Tapi itu hanya Sekelibat saja. Tak lama setelah ia menyerok dan mengambil sampah yang ada saya stund dengan apa yang ia lakukan berikutnya. Saya mengira awalnya sampah tersebut akan dikumpulkannya untuk dibuang ke tempat sampah yang nanti akan dikeluarkan dengan rapi keluar kereta. Ternyata saya salah. Tugas mas kebersihan tadi ternyata cukup mudah. Ia berjalan menuju pintu gerbong dan seketika merunduk. Ia memasukan sampah-sampah tadi ke kolong bawah sambungan gerbong yang berarti sampah tadi langsung menuju rel kereta yang di bawah kereta.

Jadi saya tersadarkan bahwa sampah-sampah yang berserakan hebatnya di rel kereta tersebut bukan hanya dibuat oleh para penumpang kereta ataupun orang-orang yang bermukim liar di pinggir kereta, melainkan juga oleh petugas kereta itu sendiri. Mungkin ini untuk memudahkan tugas petugas kebersihan atau mungkin hanya ulah malas si mas-mas tadi. Yah tapi apa mau dikata, memang sampah sudah seperti hiasan kota di Jakarta ini. Jakarta penuh dengan warna dengan banyaknya sampah. Kalau menurut saya Jakarta tak akan tertolong kalau melihat mental pekerja yang seperti mas-mas tadi berserakan di luar sana dalam segala sendi kehidupan. Itu baru yang saya temukan, kalau anda-anda? Pemikiran saya, mental pekerja kita yang harus diperbaiki, manuasianya. Minimal daripada semuanya jelek orang dan kendaraannya lebih baik kendaraannya saja yang jelek tapi orangnya berkualitas. Karna orang yang berkualitas akan membuat kendaraannya terlihat berkualitas pula. Kalau ahlinya Jakarta apa ya pendapatnya? Yah perilaku mas tadi mungkin hanya kejadian sangat kecil dari banyak lainnya namun cukup menjadi cerminan tenaga kerja di jakarta yang malas dan mau gampangnya saja, begitu juga pengelola yang diam saja dengan warna-warni rel kereta karena sampah, namun bagaimanapun juga ini hanya opini saya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar